Suara.com - Ekonom senior Rizal Ramli menyebut pemerintah Indonesia self denial karena selalu membantah persoalan corona sejak bulan Januari.
"Kasus pertama [virus corona] di Indonesia menurut fakultas kedokteran itu bulan Januari. Tapi kita dari Januari sampai pertengahan Maret itu dalam proses self denial," katanya.
Rizal yang diundang dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One pada Selasa (21/4/2020) malam itu mengatakan masyarakat telah kehilangan 2,5 bulan yang paling berharga karena ulah pejabat yang sibuk membantah corona.
"Kita kehilangan 2,5 bulan yang paling berharga karena kita sibuk bantah-bantahan. Pejabat kita kan paling doyan membantah yang udah benar," ujarnya.
Baca Juga: Kenalan dengan Konsep Baru 4 Unit Boyband NCT
Ia sangat menyayangkan periode 2,5 bulan yang telah terlewat. Pada masa itu banyak disinformasi yang menyebar di masyarakat padahal periode itu adalah saat-saat terbaik untuk mencegah virus corona masuk ke Indonesia.
"Pada Januari sampai barulah pertengahan Maret ada kesadaran bahwa ini memang benar, ini masalah serius. Tapi 2,5 bulan yang terjadi itu disinformasi oleh pejabat tentang keberadaan corona," kata Rizal Ramli.
Ia juga mengkritisi langkah pemerintah saat awal corona masuk, dimana mereka tidak segera menutup destinasi pariwisata tapi malah membuka akses lebar bagi para turis.
"Nah, pada waktu mulai sadar itu, kita bukannya nutup arus turis, arus pekerja dari China malah mengizinkan, malah ada rencana mau kasih insentif sekian milyar untuk membantu meningkatkan turisme," ujarnya.
Mantan Menko Kemaritiman itu juga mengatakan bahwa situasi perekonomian negara saat ini lebih buruk daripada krisis tahun 1998.
Baca Juga: Hore, Ada Layanan Instan Kirim Barang ke Bandung Hanya Rp 20.000
"Loh bukannya tahun 1998 jeblok? Maaf pak, kita Tionghoa ketakutan dibakar, digebukin, kita tutup toko kita. Tapi sebulan kemudian, kita buka lagi, hidup lagi. Daya beli enggak sehancur seperti hari ini," katanya menirukan dialog dengan para pedagang.