Rizal Ramli: Sebelum Ada Corona, Ekonomi Kita Sudah Bermasalah!

Rabu, 22 April 2020 | 16:12 WIB
Rizal Ramli: Sebelum Ada Corona, Ekonomi Kita Sudah Bermasalah!
Rizal Ramli dalam acara Indonesia Lawyers Club di TV One (YouTube).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom senior Rizal Ramli melayangkan kritik keras kepada pemerintah dengan mengatakan bahwa negara telah mengalami krisis jauh sebelum corona masuk.

"Saya ingin menyatakan satu hal bahwa sebelum ada corona, ekonomi kita sudah masalah," katanya ketika diundang dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (21/4/2020).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di era Presiden Gusdur itu mengatakan bahwa tingkat penjualan telah turun semenjak tahun 2017.

"Saya bicara dengan ketua Asosiasi Pedagang Tanah Abang, Glodok, dan lain-lain, rata-rata penjualan udah drop sejak tahun 2017, 2018, dan 2019," ujarnya.

Baca Juga: Big Dad, Tokoh Poligami dengan 42 Istri, 156 Anak dan 250 Cucu Meninggal

Ia juga bertanya kepada sejumlah pedagang berusia 50-60 tahun tentang kondisi perekonomian saat ini. Menurut mereka, situasi ekonomi belum pernah seanjlok seperti sekarang.

"Saya pernah tanya rata-rata umur 50-60 tahun, pernah enggak dalam sejarah hidup Anda, mengalami kondisi ini? Mereka bilang hanya sekali, pada masa akhir bung Karno dan awal pak Harto," katanya.

Ramli bahkan mengatakan menurut para pedagang tersebut, situasi perekonomian saat ini lebih parah dari krisis moneter tahun 1998.

"Loh bukannya tahun 1998 jeblok? Maaf pak, kita Tionghoa ketakutan dibakar, digebukin, kita tutup toko kita. Tapi sebulan kemudian, kita buka lagi, hidup lagi. Daya beli enggak sehancur seperti hari ini," katanya menirukan dialog dengan para pedagang.

Meski demikian, ia mengatakan bahwa kondisi perekonomian yang anjlok itu cenderung tidak terlihat karena ditutup dengan hutang yang semakin meningkat tiap tahun.

Baca Juga: Singgung Krisis 1998 saat Bahas Corona, JK: Dulu Bisa Minta Bantuan

"Tetapi seolah-olah ada stability, terutama di dalam nilai tukar karena apa? Karena didoping terus dengan pinjaman yang makin lama makin banyak dengan bunga yang lebih tinggi," katanya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI