1 Toilet Per 1.230 Orang, Pemukiman Kumuh Ini Jadi Sasaran Empuk Corona

Rabu, 22 April 2020 | 09:18 WIB
1 Toilet Per 1.230 Orang, Pemukiman Kumuh Ini Jadi Sasaran Empuk Corona
Suasana penuh sesak dengan manusia di Terminal Anand Vihar, New Delhi, India menjelang detik-detik pengumuman lockdown akibat wabah virus corona. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lebih dari setengah orang di Govandi tidak memiliki akses langsung ke air minum. Mereka mesti merogoh kocek cukup dalam untuk membeli air dari orang lain. Apalagi, kekinian banyak pengangguran dan tabungan menipis setelah lockdown di India. Alhasil, banyak dari mereka tidak mengindahkan kebersihan pribadi.

Zainab Khatoon-Shaikh, 29 tahun, mengejek penasihat kesehatan yang meminta orang mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik untuk membunuh corona. Dia dan suaminya Kaleem, tukang kayu, cuma bisa membeli air seminggu sekali dan harus bertahan selama tujuh hari penuh.

"Jika saya terus mencuci tangan, kita tidak akan memiliki cukup air untuk minum dan memasak," katanya. "Jadi, kami memutuskan bahwa kami akan menghemat air untuk digunakan anak-anak kami dengan tidak mandi setiap hari."

Pihak berwenang secara pribadi mengakui gelisah tentang penyebaran lebih lanjut dari coronavirus di daerah kumuh Govandi.

Baca Juga: Jeritan Pekerja Migran India Saat Covid-19, Tak Bisa Pulang dan Kelaparan

Secara keseluruhan, hanya sekitar 190 orang di Govandi yang telah diuji sejauh ini, dengan tambahan 200 kontak dekat dari mereka yang dites positif dikirim ke karantina. Selain itu, 27 bagian daerah kumuh telah dinyatakan sebagai zona terlarang dan ditutup, menurut data pemerintah.

“Kami telah melacak semua kontak dan mengkarantina mereka. Kami juga memiliki klinik setiap hari, di mana orang-orang dengan gejala Covid-19 dapat datang dan diperiksa,” kata Sudhanshu Dwivedi, asisten komisaris kota dari bangsal M-East, yang membawahi kawasan Govandi.

Namun, di wilayah orang-orang yang menilai TB merupakan penyakit biasa, berharap pasien bergejala inisiatif untuk pergi ke klinik mungkin bagaikan menunggu durian runtuh.

“Hampir setiap rumah lain memiliki atau memiliki pasien TB,” kata penghuni daerah kumuh Mohammed Umar Shaikh, menunjuk ke rumah darurat yang mengelilingi rumahnya.

"Tidak ada yang akan mengakui gejala [coronavirus] karena mereka takut mereka akan dikarantina."

Baca Juga: Uji Coba Obat Corona, India Lakukan pada Warga Pemukiman Kumuh di Mumbai

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI