Jeritan Pekerja Migran India Saat Covid-19, Tak Bisa Pulang dan Kelaparan

Rabu, 22 April 2020 | 09:14 WIB
Jeritan Pekerja Migran India Saat Covid-19, Tak Bisa Pulang dan Kelaparan
Perempuan pekerja kesehatan masyarakat India, Ashas, mengkritik pemerintah atas minimnya gaji dalam sebuah demonstrasi pada tahun 2010 [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - India merupakan salah satu negara yang mengeluarkan kebijakan lockdown untuk menangani penyebaran virus corona.

Dengan demikian, akses untuk kegiatan masyarakat dibatasi dan tentu berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah para pekerja migran.

Pekerja migran ini datang dari desa-desa ke kota besar di India untuk bekerja. Setelah adanya virus corona ini, mereka ingin pulang ke kampung namun tidak ada transportasi yang tersedia.

Para pekerja migran ini ingin pulang karena tidak memiliki pekerjaan lagi di kota. Sebagai besar dari mereka bekerja sebagai buruh, asisten rumah tangga, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Uji Coba Obat Corona, India Lakukan pada Warga Pemukiman Kumuh di Mumbai

Karena tidak bisa pulang, akhirnya para pekerja migran ditempatkan pada sekolah-sekolah yang diubah jadi tempat penampungan.

Salah satunya berada di sebuah sekolah di timur Delhi. Di tempat penampungan tersebut, berisi 380 migran pekerja migran yang 'diisolasi' oleh pemerintah.

Dilansir dari BBB News, para pekerja migran ini menuntut Pemerintah memberikan fasilitas bus untuk membawa mereka pulang.

Suasana penuh sesak dengan manusia di Terminal Anand Vihar, New Delhi, India menjelang detik-detik pengumuman lockdown akibat wabah virus corona. (Foto: AFP)
Suasana penuh sesak dengan manusia di Terminal Anand Vihar, New Delhi, India menjelang detik-detik pengumuman lockdown akibat wabah virus corona. (Foto: AFP)

"Polisi memberi tahu kami bahwa mereka akan membantu kami sampai di rumah, tetapi sebaliknya mereka membawa kami ke sini (tempat penampungan). Mereka menipu kami," kata Manoj Ahirwal salah satu pekerja migran dikutip dari BBC News.

Saking inginnya mereka pulang, bahkan sampai rela berjalan kaki ratusan kilometer demi bisa pulang. Hal tersebut bahkan hingga memakan korban jiwa.

Baca Juga: Suka Film Bollywood? Ini 5 Aplikasi Film India Sub Indo Gratis

Dilaporkan seorang gadis berusia 12 tahun yang meninggal setelah berjalan 150 km dari negara bagian selatan Telangana ke negara bagian Chhattisgarh di India tengah. Dia telah berjalan selama tiga hari ketika dia meninggal, sejauh 14 km dari rumah.

Bukan hanya terperangkap di penampungan, para pekerja migran ini juga terancam kelaparan. Sebab mereka sudah tidak menerima upah dari pekerjaan mereka.

"Sebagian besar mengatakan mereka memiliki jatah selama satu atau dua hari, banyak yang mengatakan mereka makan satu kali sehari untuk menghemat makanan. Kami menemukan bahwa 89 persen belum dibayar upah mereka dan sebagian besar hanya memiliki sekitar 200 rupee (Rp 40.000)," Kata Ms Adhikari dari Stranded Workers Action Network (Swan).

"Tanpa makanan atau uang, pekerja migran berada di ambang kelaparan, tingkat kerentanan yang mengkhawatirkan dan penghinaan yang ekstrem." tambahnya.

Kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah India ini juga menuai beragam kecaman dari kalangan aktivis. Salah satu pengacara dan aktivis bahkan sudah mengajukan petisi agar para migran bisa diizinkan pulang.

"Lockdown ini benar-benar tidak manusiawi," kata pengacara-aktivis Prashant Bhushan dikutip dari BBC.

"Dengan mematikan semuanya, mungkin bisa menyelamatkan 100.000 nyawa, tetapi jika lockdown ini berlanjut, akan membunuh satu juta dari kelaparan" tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI