Bukan hanya terperangkap di penampungan, para pekerja migran ini juga terancam kelaparan. Sebab mereka sudah tidak menerima upah dari pekerjaan mereka.
"Sebagian besar mengatakan mereka memiliki jatah selama satu atau dua hari, banyak yang mengatakan mereka makan satu kali sehari untuk menghemat makanan. Kami menemukan bahwa 89 persen belum dibayar upah mereka dan sebagian besar hanya memiliki sekitar 200 rupee (Rp 40.000)," Kata Ms Adhikari dari Stranded Workers Action Network (Swan).
"Tanpa makanan atau uang, pekerja migran berada di ambang kelaparan, tingkat kerentanan yang mengkhawatirkan dan penghinaan yang ekstrem." tambahnya.
Kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah India ini juga menuai beragam kecaman dari kalangan aktivis. Salah satu pengacara dan aktivis bahkan sudah mengajukan petisi agar para migran bisa diizinkan pulang.
Baca Juga: Uji Coba Obat Corona, India Lakukan pada Warga Pemukiman Kumuh di Mumbai
"Lockdown ini benar-benar tidak manusiawi," kata pengacara-aktivis Prashant Bhushan dikutip dari BBC.
"Dengan mematikan semuanya, mungkin bisa menyelamatkan 100.000 nyawa, tetapi jika lockdown ini berlanjut, akan membunuh satu juta dari kelaparan" tutupnya.