Alumnus dari 3 universitas Amerika Serikat yaitu Massachusetts Institute of Technology, Stanford University dan Harvard University itu menjelaskan, proses verifikasi semua mitra Kartu Prakerja sudah berjalan sesuai aturan yang berlaku.
Karenanya, dia mengklaim tidak ada keterlibatan yang memunculkan konflik kepentingan. Pemilihan pun dilakukan langsung oleh peserta pemegang Kartu Prakerja.
"Namun, saya mengambil keputusan yang berat ini karena saya tidak ingin polemik mengenai asumsi atau persepsi publik yang bervariasi tentang posisi saya sebagai Staf Khusus Presiden menjadi berkepanjangan," kata dia.
Dia mengakui, kalau skandal itu menjadi polemik berkepanjangan, dapat mengakibatkan terpecahnya konsentrasi Presiden Jokowi dalam menghadapi masalah pandemi covid-19.
Baca Juga: Mundur dari Stafsus Jokowi, Belva: Saya Tak Mau Polemik soal Kartu Prakerja
"Saya berterima kasih kepada Bapak Presiden Joko Widodo yang telah memahami dan menerima pengunduran diri saya. Walau singkat, sungguh banyak pengalaman dan pelajaran yang saya dapatkan dari pekerjaan sebagai Stafsus Presiden," tambah Belva.
Pria kelahiran 30 Mei 1990 itu mengaku ia merasakan betul bagaimana semangat Presiden Jokowi dalam membangun bangsa dengan efektif, efisien, dan transparan.
Karenanya, kata dia, di mana pun dan posisi apa pun ia bekerja, tetap berkomitmen mendukung Presiden Jokowi dan pemerintah untuk memajukan NKRI.
"Dengan ini, saya juga ingin menjelaskan bahwa saya tidak dapat merespons pertanyaan-pertanyaan media dalam beberapa hari terakhir. Saya ingin fokus dalam menyelesaikan hal ini terlebih dahulu. Terima kasih untuk teman-teman yang telah menghormati dan menghargai keputusan saya tersebut," ungkap Belva.
Ia pun sempat menyampaikan harapannya agar Indonesia dapat segera keluar dari masalah pandemi yang berat ini.
Baca Juga: Skandal Ruangguru di Kartu Prakerja, Belva Mundur dari Stafsus Jokowi
Salah satu pendiri Ruangguru sekaligus Chief of Product & Partnership Ruangguru Iman Usman ikut mengonfirmasi pernyataan Belva tersebut.