Sejak saat itu penghasilan Cici mengalami penurunan secara drastis.
"Saya belum pernah mengalami bisnis yang sedemikian buruk," ujar wanita berusia 30 tahun itu.
Mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap di rumah bukan menjadi pilihan baik bagi Cici.
Ia tetap harus bekerja demi bisa bertahan hidup di salah satu kota dengan biaya hidup termahal di dunia itu.
Baca Juga: Wabah Covid-19, PSK di Jepang Keluhkan Tak Dapat Tunjangan
Ia menyadari pekerjaannya sangat berisiko tinggi terpapar corona, namun ia tak memiliki pilihan lain. Sebagai upaya pencegahan, Cici mengubah cara bekerjanya.
Ia akan memeriksa suhu tubuh pelanggannya sebelum masuk ke kamar di rumah bordil.
Ia juga meminta sang pelanggan mengenakan masker dan mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas bersamanya.
"Jika mereka menolak, saya akan meminta mereka pergi," ungkapnya.
Setelah aktivitas selesai, Cici segera membersihkan kamar tersebut. Ia menyadari sedang mempertaruhkan nyawanya, namun hanya cara itu yang bisa dilakukan Cici demi bisa bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan kedua buah hatinya.
Baca Juga: Terungkap! Pose Telanjang Jadi Bukti Jual Beli PSK di Jalan Sungai Salak
Nasib serupa dialami para PSK lainnya di Asia bahkan seluruh dunia. Mereka dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan pelik demi bertahan hidup.