Hebat! 4 Pemimpin Perempuan Ini Dianggap Lebih Jago Menangani Corona

Selasa, 21 April 2020 | 11:52 WIB
Hebat! 4 Pemimpin Perempuan Ini Dianggap Lebih Jago Menangani Corona
Kanselir Jerman Angela Merkel. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Norwegia, Selandia Baru, Taiwan, dan Jerman dianggap berhasil menangani penyebaran virus corona. Uniknya, empat negara tersebut sama-sama dipimpin oleh perempuan.

Hal ini menimbulkan asumsi bahwa pemimpin perempuan dianggap lebih baik dalam menangani penyebaran virus corona. Majalah Forbes bahkan menyebut mereka sebagai 'pemimpin yang sejati'.

Dikutip dari BBC News Indonesia -- jaringan Suara.com, keberhasilan mereka dalam menekan angka penularan virus bukan semata-mata kebetulan. Ada sejumlah aspek yang mempengaruhi, salah satunya adalah keengganan mereka menggunakan 'politik macho'.

Geeta Rao, peneliti senior di UN Foundation mengatakan, pemimpin perempuan menghasilkan keputusan yang lebih baik karena mereka mendengar pendapat pria dan wanita dalam pandangan yang setara.

Baca Juga: Ahmad Syaikhu Desak BPWS Alihkan Anggaran Pengadaan Lahan untuk Bansos

"[Keberadaan perempuan] menciptakan keputusan yang lebih baik karena ada pandangan baik dari pria maupun dari perempuan," paparnya seperti dikutip dari BBC.

Hal itu berseberangan dengan para pemimpin laki-laki yang justru menutup telinga dan bahkan mengabaikan sains, seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Brazil Jair Bolsonaro.

Rosia Campbell, Direktur Global Institute for Women's Leadership di King's College London mengatakan bahwa pemimpin pria seringkali kelewat narsis sehingga tidak mampu bekerjasama dengan pihak lain.

Hal ini berkebalikan dengan pemimpin perempuan yang cenderung lebih berempati sehingga mau mendengarkan pendapat orang lain.

"Sayangya ada banyak pria yang jatuh ke dalam kategori narsistik dan hiperkompetitif," katanya.

Baca Juga: Harus Tahu, Begini Cara Membuat Surat Lamaran Kerja

Campbell juga menilai, para pemimpin laki-laki sering terjebak dalam kompetisi. Ini membuat mereka melihat masalah bukan dari segi sains tetapi dari sisi kompetitif atau hal-hal yang membuat mereka merasa menang.

Ia kemudian memberikan contoh para pemimpin di AS, Brasil, Israel, dan Hongaria yang cenderung menyalahkan pihak-pihak lain saat negara mereka dirundung pandemi.

Selain itu, akibat politik machoisme, para pemimpin laki-laki cenderung menutupi kelemahan negara dalam menghadapi situasi pandemi. Tidak seperti pemimpin perempuan yang berbicara secara terbuka mengenai kondisi yang sedang dihadapi.

Menurut Campbell, metode tersebut justru berhasil mengambil simpati masyarakat sehingga mereka mau mendukung upaya yang dilakukan oleh pemimpin negara mereka.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI