Suara.com - Wabah COVID-19 di Belgia tampaknya telah melewati masa puncak krisis seiring dengan berkurangnya jumlah pasien yang dilarikan ke rumah sakit akibat infeksi virus corona. Dilansir Antara dari Reuters, pejabat Belgia menyebut penularan mencapai angka terendah dalam satu bulan terakhir.
Belgia, salah satu negara Eropa dengan kasus infeksi corona dan kematian yang tinggi, mencatat sebanyak 232 pasien COVID-19 dibawa ke rumah sakit pada Minggu (19/4/2020), angka yang paling sedikit sejak 19 Maret.
"Ada beberapa indikator yang tengah berjalan ke arah semestinya dan yang berlanjut ke arah tersebut," kata juru bicara dewan penanganan COVID-19, Emmanuel Andre.
"Dan benar, secara definisi, kita sedang menuju apa yang disebut sebagai pelonggaran pembatasan. Itu merupakan perluasan zona aman di sekitar kita, sehingga sekarang kami tengah memikirkan cara untuk mengaturnya," tambahnya.
Baca Juga: Ridwan Kamil: Persiapan PSBB Bandung Raya Sudah 100 Persen
Dewan keamanan nasional negara itu akan menggelar pertemuan Jumat (24/4/2020) mendatang untuk mendiskusikan langkah pelonggaran pembatasan yang rencananya akan diterapkan pada 4 Mei tersebut.
Otoritas kesehatan juga menyatakan bahwa Belgia mungkin telah melalui puncak kasus kematian akibat COVID-19. Tercatat sebanyak 168 kasus kematian baru terjadi pada Senin (20/4/2020), sehingga totalnya mencapai 5.828 kasus.
Dari angka itu, lebih dari setengah terjadi di panti jompo, yang sebagian besar penghuninya terduga mengidap penyakit infeksi corona, namun tidak terkonfirmasi. Kasus semacam itu cukup bisa menjelaskan alasan Belgia mempunyai kasus wabah yang parah di benua Eropa.
Pemerintah Belgia, pada pekan lalu, memperpanjang pembatasan sosial sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona hingga 3 Mei, namun saat ini sudah mulai mengizinkan sejumlah toko yang menjual barang-barang tertentu, dan taman untuk kembali dibuka.
Baca Juga: Robert Alberts: Lanjutan Liga 1 2020 Harus Tanpa Penonton