Suara.com - Masyarakat berpendapatan menengah-rendah dan kaum muda berusia 17-29 tahun berpotensi mendominasi calon pemudik Lebaran bulan Mei nanti.
Padahal, pemerintah membuat berbagai kebijakan untuk menahan arus mudik tahun ini agar penyebaran Virus Corona tidak semakin meluas ke daerah-daerah.
Hal itu terlihat dalam hasil survei online Katadata Insight Center (KIC) terhadap 2.437 responden pengguna internet di seluruh provinsi pada 29-30 Maret ini. Dalam survei tersebut tercatat mayoritas responden atau 63 persen tidak akan mudik pada Lebaran tahun ini.
Namun, masih ada 12 persen yang menyatakan ingin mudik, 21 persen belum mengambil keputusan dan 4 persen lainnya lebih dahulu pulang kampung.
Baca Juga: Nekat Mudik, Satpam Positif Corona Malah Main Voli Bareng Tetangga
"Jadi penting perhatikan mereka yang menyatakan akan mudik dari hasil survei ini," ujar Direktur Riset Katadata Insight Center Mulya Amri dalam keteranganya, Senin (20/4/2020).
Dari 12 persen yang berencana mudik, terbanyak adalah karyawan swasta (35,6 persen) dan PNS/ASN (23,4 persen). Hampir 50 persen responden berstatus sosial ekonomi (SES) C,D,E atau pendapatan menengah-rendah.
Menurut Mulya, pada masa pandemi yang mengharuskan pembatasan jarak sosial, kaum usia muda dan penghasilan rendah rentan mengalami penurunan pendapatan, bahkan PHK.
Dari sisi usia, yang terbanyak akan mudik kelompok usia 17-29 tahun (44,5 persen). Sisanya 30-40 tahun (33,5 persen), 41-50 tahun 18,1 persen dan 51 tahun ke atas (3,9). Sedangkan, berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih dominan dibanding perempuan, yakni mencapai 62,6 persen sedangkan perempuan 37,4 persen.
Gelombang pulang kampung sebenarnya dimulai sejak kasus pertama pandemi Corona di Indonesia (1-5 Maret 2020) dan meningkat tajam saat pemerintah mengeluarkan seruan pembatasan aktivitas di luar rumah (social distancing) pada 16-20 Maret 2020.
Baca Juga: Pemerintah Mulai Serius Larang Mudik Lebaran Tahun Ini
Sebanyak 34,1 persen dari mereka pulang duluan pada pekan itu. Mayoritas berstatus pelajar/mahasiswa (39,4 persen) diikuti oleh karyawan swasta (23,1 persen).