Suara.com - Kakek berusia 68 tahun 3 kali terinfeksi virus corona. Namun 3 kali juga sembuh dari virus mematikan asal Cina itu.
Saat terinfeksi pertama kali, si kakek meregang nyawa karena gagal jantung. Tapi di kakek selamat.
Dia pulih dan dinyatakan negatif dari infeksi virus tersebut.
Sekitar satu pekan kemudian, dia kembali tes corona. Hasilnya, dia positif dan dilarikan kembali ke rumah sakit. Tapi 7 hari kemudian si kakek sembuh lagi setelah sepekan dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Mencoba Multi Talenta, Kekeyi Serius Berlatih Dua Kegiatan Ini
Pria yang tidak disebutkan namanya ini dilaporkan dalam sebuah studi di Cina beberapa waktu lalu adalah pasien pertama yang didiagnosis covid-19 dalam tiga waktu terpisah.
Tetapi, ada banyak pasien yang juga pernah kembali terinfeksi setelah dinyatakan sembuh. Dilansir Sunday Morning Herald, hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa risiko terinfeksi COVID-19 kembali bisa menjadi lebih berbahaya.
Pertanyaan lebih besar adalah mengenai arti pengembangan vaksin yang dilakukan saat ini, jika orang yang pernah terinfeksi tidak mendapatkan kekebalan yang kuat dan tahan lama. Secara umum, ketika sistem kekebalan tubuh kita menangkap dan membunuh virus, serta menyimpan catatan seperti sidik jari pada basis data kepolisian.
Begitu virus itu muncul lagi, sistem kekebalan mengenalinya dan dengan cepat membunuhnya. Setidaknya, ada empat virus corona yang terjadi pada manusia yang dikenal dengan gejala seperti flu. Ketika ditemukan, sistem kekebalan tubuh kita menangkap dan membunuhnya dan kita mengembangkan kekebalan.
Tetapi karena alasan yang belum dapat dipecahkan para ilmuwan, kekebalan terhadap virus corona jenis baru memudar seiring waktu. Setelah beberapa tahun, kekebalan ini menghilang. SARS dan MERS adalah di antara virus corona yang dapat dengan mudah membunuh manusia.
Baca Juga: Warganet Riuh, Materi Kursus Prakerja Disindir Mirip Konten Gratis Youtube
Namun, beruntung kekebalan yang kuat juga tercipta pada orang-orang yang sembuh dari dua penyakit dari virus corona ini. Studi menunjukkan bahwa kekebalan bertahan selama beberapa tahun, lebih lama dari virus corona jenis baru. Tetapi, tetap tampaknya memudar dari waktu ke waktu.
"Kami tahu itu mendorong respons kekebalan," kata Claire Gordon, seorang peneliti penyakit menular di University of Melbourne.
Menurut Godon, para ilmuwan telah mampu mendeteksi antibodi.
Para ilmuwan juga mengatakan bahwa mungkin berarti orang yang jatuh sakit menikmati masa kekebalan, sama seperti virus serupa lainnya.