Beban 'berlipat ganda' Bagi Perempuan di Masa Pandemi Covid-19

Minggu, 19 April 2020 | 12:48 WIB
Beban 'berlipat ganda' Bagi Perempuan di Masa Pandemi Covid-19
Seorang ibu tampak mengajarkan anaknya. [ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Suami juga pengen ngelamar-ngelamar kerja, gak mungkin keadaannya. Semua perusahaan seperti ini. Jadi gak tahu gimana. Mau jualan, jualan apa dan sepi kan? Nggakkepikiran untuk saat ini," ujar Neneng.

Saat ini, Neneng hanya bisa mengharapkan bantuan dari pemerintah yang janjinya akan memberi bantuan bagi warga yang terdampak wabah. Hingga kini, Neneng mengaku belum mendapat bantuan, meski pemerintah pusat dan provinsi Jawa Barat telah berjanji akan menyalurkan bantuan jaring pengaman sosial sejak beberapa pekan lalu.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyatakan Pemprov Jabar akan memberi bantuan sebesar Rp500 ribu per kepala keluarga miskin dan terdampak wabah dalam bentuk sembako dan uang tunai. Namun, menurut Neneng, bantuan itu dijatah hanya 10 kepala keluarga (KK) per rukun tetangga (RT).

"Kata bu RT, dipilih dalam satu RT itu cuma 10 KK dan aku nggak kebagian. (Bantuannya) belum menjangkau semua. Ternyata Ridwan Kamil yang diomongin (beda), gak kayak gitu. Padahal kan yang namanya di-PHK itu benar-benar kena dampak banget. Bingung kali RT juga kalau memang posisinya hanya 10 KK yang dipilih dalam satu RT," ungkap Neneng.

Baca Juga: Usai Bebas karena Corona, Eks Napi Wanita di Malang Langsung Nikah

Tak bisa IMD

Pandemi corona membuat Nomi Hernawan kehilangan kesempatan memberikan nutrisi terbaik bagi bayi yang baru dilahirkannya. Ia batal melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), proses memberikan air susu ibu dan juga langkah penting bagi bayi belajar menyusu.

Sesaat setelah dilahirkan, bayi Nomi langsung dibawa ke ruang bayi agar terhindar dari ancaman penularan virus corona. Nomi dan si bayi terpaksa berpisah selama kurang lebih 24 jam. Sejatinya, bayi berada dekat ibunya di 24 jam pertama kelahirannya, jika tidak ada kendala medis.

"Saya sedih. Padahal harapannya, bisa langsung menyusui, bayinya juga bisa disandingkan sama saya di ruangan inap, dan keluarga bisa dampingi di rumah sakit," ujar Nomi Jumat (17/4), seperti yang dilaporkan Yuli Saputra untuk BBC News Indonesia.

Si bayi yang dilahirkan pukul 08.00 WIB pada Minggu (5/4) itu pun diberi susu formula di awal kehidupannya. Nomi baru bisa menyusui langsung anaknya sehari setelahnya di sebuah ruangan khusus. Padahal, rumah sakit tempat Nomi melahirkan dikenal sebagai rumah sakit yang pro IMD dan ASI.

Baca Juga: Disanggah WHO, Studi Ini Klaim Sinar Matahari Bisa Hancurkan Virus Corona?

Awalnya, Nomi membayangkan proses persalinan anak pertamanya bisa berjalan normal seperti sebelum pandemi. Tapi untuk memeriksa kehamilan jelang persalinan saja, Nomi kesulitan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI