Merasa Mampu, Warga Kawasan Elite Kelapa Gading Kembalikan Bantuan PSBB

Jum'at, 17 April 2020 | 19:03 WIB
Merasa Mampu, Warga Kawasan Elite Kelapa Gading Kembalikan Bantuan PSBB
ILUSTRASI - Kendaraan melintas di bawah videotron imbauan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ruas tol Jor di kawasan Pasar Rebo, Jakarta, Kamis (16/4). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga Kelapa Gading, Jakarta Utara, menyatakan tak mau menerima paket bantuan sosial dalam masa pembatasan sosial berskala besar dari Pemprov DKI Jakarta.  Pasalnya mereka merasa sudah mampu dan tidak lagi memerlukan bansos.

Hal tersebut diakui oleh Camat Kelapa Gading, M Harmawan. Iya menyebutkan setidaknya ada 22 paket yang dikembalikan oleh warganya.

"Ada 22 paket, yang dikembalikan," ujar Harmawan saat dihubungi, Jumat (17/4/2020).

Harmawan mengatakan, warganya tidak menolak bantuan itu. Namun, warga di komplek elite itu disebutnya menilai bantuan itu lebih baik dialihkan kepada yang lebih membutuhkan.

Baca Juga: Bansos Anies di Kelapa Gading Salah Sasaran, Camat: Kami Cuma Membagikan

"Mereka menitipkan kembali bantuan sembako itu ke Pasar Jaya yang lebih membutuhkan," jelasnya.

Ia sendiri mengaku sudah memeriksanya langsung terkait tindakan warganya ini. Setelah dipastikan, ternyata benar mereka mengembalikannya ke pemprov.

"Kita konsultasi ke RW, benar enggak orang-orangnya nih, mereka sepakat mengembalikan lagi, untuk dialihkan ke warga yang membutuhkan," kata dia.

Sebelumnya, Fraksi PDI-P DKI Jakarta menilai penyaluran bansos masa PSBB dari pemprov salah sasaran.

Pasalnya masih banyak warga yang seharusnya tak mendapatkan bantuan malah terdaftar sebagai penerima.

Baca Juga: Sediakan Truk, Summarecon Mall Kelapa Gading Jadi Sorotan Warganet

Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak mengatakan, satu RW di Kelapa Gading Jakarta Utara dikirim paket bantuan itu. Padahal, warga daerah itu tergolong kalangan mampu.

Bahkan, kata Gilbert, rata-rata rumah di daerah itu memiliki harga senilai Rp 7 miliar. Akhirnya, warga memilih untuk menolak dan mengembalikan bantuan itu.

"Kita merasa pemberian bansos belum tepat sasaran karena kejadian di Kelapa Gading membuktikan hal tersebut. Satu RW menolak, karena merasa mampu, kabarnya rumah termurah disitu Rp 7M," ujar Gilbert saat dihubungi, Kamis (16/4/2020).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI