Perangi Corona di Garda Terdepan, Perempuan India Hanya Dibayar Rp6000

Syaiful Rachman Suara.Com
Jum'at, 17 April 2020 | 16:04 WIB
Perangi Corona di Garda Terdepan, Perempuan India Hanya Dibayar Rp6000
Perempuan pekerja kesehatan masyarakat India, Ashas, mengkritik pemerintah atas minimnya gaji dalam sebuah demonstrasi pada tahun 2010 [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 900,000 wanita pekerja kesehatan masyarakat, yang disebut Ashas, berada di garda terdepan dalam upaya pemerintah India memerangi virus corona COVID-19. Berada di garda terdepan, tak ayal membuat hidup mereka terancam dengan risiko tinggi akan terpapar virus tersebut.

Apa yang dilakukan para perempuan India itu memang sangat mulia. Sayangnya, hal itu tidak disertai perhatian apalagi penghargaan dari pemerintah negeri itu.

Bukan hanya sekedar risiko tinggi pulang membawa virus corona ke keluarga, ratusan ribu perempuan itu juga rentan akan serangan-serangan stigma negatif di sosial masyarakat. Dan tidak sedikit dari mereka, seperti di Indonesia, dilarang memasuki kampung mereka sendiri.

Dilansir BBC, Jumat (17/4/2020), pemerintah India hanya membayar mereka 30 rupee per hari atau sekitar Rp6100 atau kurang dari $1 (Rp15,487)untuk melakukan pekerjaan berbahaya dan berisiko tinggi tersebut.

Baca Juga: Bikin Geram, Ivanka Trump Asyik Liburan Keluarga saat Pandemi Corona

"Di mata pemerintah, harga nyawa kami hanya 30 rupee (kurang dari $1)," kata Alka Nalawade, seorang pekerja kesehatan masyarakat (Ashas) di negara bagian Maharashtra.

"Pemerintah membayar kami 1000 rupee per bulan untuk berada di garis depan menghadapi virus corona. Itu artinya kami menerima hanya 30 rupee per hari," sambungnya.

"Bagaimana kami menghidupi keluarga dengan 30 rupee? Bagaimana jika saya terinfeksi virus (corona)? Siapa yang akan menjaga kami? Akankah saya bisa mendapatkan perawatan dengan bayaran 30 rupee?"

Nalawade adalah seorang single mother atau ibu tunggal yang tinggal di desa Pawarwadi. Ia telah menjalani profesinya sebagai Ashas selama 10 tahun.

Di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, profesi Nalawade mengharuskannya berada di barisan terdepan untuk menyambangi masyarakat secara door to door. Tugasnya adalah mengawasi masyarakat yang terdeteksi memiliki gejala-gejala virus tersebut, sekaligus mendidik mereka akan pentingnya isolasi mandiri.

Baca Juga: Curhat ke Media Korsel, Shin Tae-yong: Sistem Medis di Indonesia Buruk

Dalam melakukan pekerjaannya tersebut, pemerintah tidak membekali mereka dengan peralatan dan perlengkapan sebagaimana yang ditetapkan WHO. Bahkan tidak dilengkapi masker atau cairan sanitiser sekalipun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI