Sebelum Kurva Covid-19 Melandai, Lockdown Terus Berlaku di Britania Raya

Kamis, 16 April 2020 | 16:45 WIB
Sebelum Kurva Covid-19 Melandai, Lockdown Terus Berlaku di Britania Raya
Suasana Horse Guard Whitehall, tak jauh dari Istana Buckingham, London di masa sebelum berjangkitnya pandemi Covid-19 yang membuat seantero negeri diberlakukan lockdown [Suara.com/ukirsari-nicholas].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seperti negara-negara tetangganya di daratan Eropa atau kerap disebut sebagai The Continent, Britania Raya tengah menjalankan lockdown untuk mencegah penjalaran pandemi Coronavirus Disease (Covid-19). Dikutip kantor berita Antara dari Reuters, kebijakan belum berubah. Artinya status masih berjalan aktif sejak lockdown diberlakukan mulai 23 Maret 2020.

Pada Kamis (16/4/2020,) Secretary of State for Health and Social Care Britania Raya atau Menteri Kesehatan, Matt Hancock menyebutkan bahwa masih terlalu dini untuk mencabut kebijakan karantina wilayah di Kerajaan Bersatu, yang terdiri atas Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Meskipun disebutkan bahwa Covid-19 mulai mencapai puncak krisis.

Salah satu tempat bermain anak-anak di County of Essex saat lockdown (24/3/2020) [Suara.com/Josh Roberts].
Salah satu tempat bermain anak-anak di County of Essex saat lockdown hari kedua diberlakukan di Britania Raya (24/3/2020) [Suara.com/Josh Roberts].

"Kami kira terlalu awal untuk membuat keputusan pengubahan status. Sementara ini kami melihat angka kasus infeksi mulai mendatar (dikenal dalam grafik eksponensial sebagai "flattening the curve") dan bersyukur kasus kematian juga menurun. Namun kurva belum menurun," demikian alasan Matt Hancock.

Kementerian Kesehatan melaporkan kasus kematian akibat Covid-19 di seluruh rumah sakit di Britania Raya meningkat menjadi 761 kasus per  hari lalu (15/4/2020) sehingga jumlahnya kini mencapai 12.868 orang, dan angka itu diperkirakan jauh lebih besar jika dilakukan perhitungan lebih luas.

Baca Juga: Langgar PSBB di Jakarta Akan Dipenjara 1 Tahun dan Didenda 100 Juta

"Jika kami mencabut semua langkah kebijakan sekarang, mungkin saja virus ini akan menyebar tanpa kendali untuk yang kedua kalinya. Dan kami tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi," tandasnya.

Neil Ferguson, seorang profesor yang turut membentuk sikap pemerintah dalam menanggapi pandemi ini juga menyebut bahwa Britania Raya mungkin harus mempertahankan kebijakan physical distancing dalam tingkatan tertentu sampai tersedia vaksin Virus Corona.

"Kami harus pertahankan pembatasan sosial dalam level tertentu yang signifikan, barangkali secara terus-menerus hingga tersedia vaksin," ungkap Neil Ferguson dalam wawancara dengan Radio BBC.

Dikutip dari The Guardian, berdasar data dari Public Health England per hari ini (16/4/2020), kasus Covid-19 di Kerajaan Bersatu yang meliputi Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara mencapai 98,476 secara total. Dengan kasus baru tercatat 4.605 orang dan angka mortalitas mencapai 12.868 orang.

Sedangkan banyaknya kasus per negara, Inggris mencapai 76.371 orang, Skotlandia 6.718 orang, Wales sebanyak 6.118 orang, serta Irlandia Utara mencapai 2.088.

Baca Juga: Oppo Reno 3 Pro Segera Masuk Indonesia

Sebagai catatan, beberapa tokoh nasional Britania Raya  yang mengalami kasus hingga mesti dirawat intensif juga tidak sedikit. Termasuk di antaranya Perdana Menteri Boris Johnson dan Putra Mahkota Pangeran Charles Mountbatten - Windsor. Ada pula yang melakukan isolasi mandiri seperti aktor Idris Elba, musisi John Taylor dari Duran Duran, serta Nadine Dorris, anggota parlemen bidang kesehatan. Sementara komedian Tim Brooke-Taylor wafat karena Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI