Suara.com - Seorang sopir ambulans DKI Jakarta geram dan menangis melihat kelakuan publik di jalan sementara pihaknya memakamkan puluhan jenazah dengan prosedur Covid-19 setiap hari.
Muhammad Nursyamsurya atau yang karib disapa Syam merupakan sopir ambulans DKI. Jeritan tersebut dia curahkan dalam tayangan Mata Najwa bertajuk Setop Stigma Corona pada Rabu (15/4/2020).
Syam mengaku sejak ada pandemi corona atau Covid-19, pekerjaan mereka lebih banyak. Sebab, dia harus menerima telepon untuk mengurus jenazah dengan prosedur penyakit menular Covid-19.
Bahkan, dia mengaku bisa memakamkan puluhan jenazah setiap hari. Dan dari hari ke hari, imbuh Syam, frekuensi pemakaman jenazah dengan prosedur Covid-19 bertambah banyak.
Baca Juga: Viral Warga Ciledug Bayar Rp 15 Juta Sewa Ambulans Antar Jenazah ODP Corona
"Frekuensi bertambah banyak. Sehari bisa makamkan puluhan jenazah, tapi saya tak melakuan sendiri. Ada beberapa bagian dari dinas, kami khusus untuk mobil jenazah, teman-teman di pemakaman khusus lubang pemakaman," tutur Syam.
Rasa khawatir itu ada. Menurut Syam, hal itu manusiawi. Tapi bagaimanapun juga, imbuh Syam, ini merupakan tugas yang mesti dijalankan olehnya.
"Itu tugas, kami harus menjalani. Ada rasa khawatir, itu manusiawi. Tapi bertambahnya (korban) yang meninggal, itu yang buat kami sedih, karena bertambah terus," ujar Syam diwawancarai Najwa Shihab.
Selain itu, Syam pun geram dengan perilaku publik kekinian di Jakarta. Syam mengatakan jalanan masih saja macet, padahal pemerintah sudah menganjurkan untuk tetap di rumah. Mereka tidak menyadari bahanya.
"Seharusnya publik tahu bahaya pandemi ini. Tapi jalanan Jakarta amasih macet. mereka herusnya tahu, kami makamkan jenazah yang tiap hari bertambah," tutur Syam gemas.
Baca Juga: Update Corona Covid-19 Global 16 April: Jumlah Kasus Tembus Dua Juta!
Syam mengatakan, "Tolong ikuti instruksi dari pemerintah. Diam di rumah. Kurangi (beban) pekerjaan kami, sedih melihatnya jalanan di Jakarta masih macet."
Saking gemasnya dengan jalanan di Jakarta yang masih macet, Syam mengatakan ingin rasanya naik truk tronton dan berteriak kepada publik untuk tetap berada di rumah. Sambil menangis, dia 'menjerit'.
"Saya rasanya pingin naik tronton, teriak di jalanan. Kepada masyarakat tolong kalian diam di rumah. Tolong ikuti anjuran pemerintah. Kalau kalian tahu berapa banyak jenazah yang kami makamkan tiap hari, pasti kalian akan sedih. Sebab, jenazah itu nggak ada yang diantar, nggak ada yang doain, langsung masuk liang lahad," kata dia.
Sembari terus menangis, Syam pun mengatakan pandemi corona alias Covid-19 ini memang belum jelas sampai kapan. Terlebih, kata dia, sebentar lagi bulan Ramadan.
"Pingin (sholat) Tarawih berjamaah, pingin (merayakan) Idul Fitri. Tolong buat masyarakat diam di rumah sebentar saja, 14 hari, sebentar lagi kita puasa, minta tolong," pinta Syam.
Syam mengatakan, "Kami memakamkan jenazah ini udah puluhan tiap hari. Jadi minta tolong, kita juga punya keluarga, kita punya kehidupan, minta tolong kepada masyarakt untuk diam di rumah."
"Sedih mba, sebentar lagi bulan puasa, kami melihat di jalanan. Di lampu merah, macet. Dini hari masih macet, masyarakat nggak ada yang mengerti," ujar Syam.
Dia mengatakan, "Sedih mba, tiap hari terima telepon, tiap menit telepon masuk, ada jenazah yang harus dilayani, yang harus dilakukan dengan prosedur Covid-19. Sedih, tapi masyarakat nggak ada yang ngerti. Capek tapi memang itu pekerjaan."