Sambil terisak, Yernis mengatakan hal tersebut dilakukan untuk menyambung hidup. "Kalau tidak seperti itu, bagaimana nasib kami pak? Anak saya masih kecil, masih butuh biaya," tutur Yernis.
"Karena tidak ada bantuan ke kita, kita nekat ke luar. Saya pikir begini, kita di dalam rumah bisa mati sekeluarga. Keluar juga kita mati. Daripada saya mati sia-sia, lebih baik saya mati berjuang demi anak-anak saya," ujar dia.
Ketika Satpol PP datang, cerita Yernis, dia dan keluarga memang sudah bersiap menutup dagangannya. Entah ada yang provokasi atau apa, kata Yernis, dia dipaksa untuk menutup dagangannya.
Kepada Yernis, salah seorang petugas Satpol PP meminta dia menyampaikan uneg-uneg agar bisa disampaikan ke atasannya. Yernis pun mencurahkan isi hatinya saat itu.
Baca Juga: Provokator Penolak Jenazah Corona di Banyumas: Halangi sampai Hasut Warga
"Tolong bantu kami, khususnya saya perwakilan dari pedagang kaki lima. Tolong kami pak, bantu kami buat makan. Itu nomor satu yang kami butuhkan, Untuk cicilan rumah, nanti kami bayar," ujar dia.
Satpol PP tersebut, kata Yernis, meminta dia untuk istirahat dulu. Namun, Yernis pun mengatakan, "Kami mau istirahat pak, tapi gimana kami istirahat kalau perut anak-anak kami lapar pak."
Meski demikian, Selasa (14/4/2020) pagi, Yernis sudah mendapatkan bantuan sembako dari camat dan Satpol PP yang menyambangi rumahnya.
"Alhamdulillah tadi pagi, bapak camat ke rumah sama polisi, Alhamdulillah udah kirim sembako ke rumah, Insya Allah dapat bantuan dari pemerintah, katanya ada," tutur dia.
Videonya viral
Baca Juga: Begini Cara Gunakan Face ID iPhone saat Memakai Masker di Tengah Corona
Seorang pedagang terpaksa berjualan di tengah pemberlakuan PSBB Jakarta karena sudah tak memiliki penghasilan untuk bertahan hidup jika terus-menerus di rumah.