Suara.com - Dua warga sipil Kwamki Narama, Roni Wnadik dan Eden Armando, tewas tertembak di area Mile 34, area PT Freeport Indonesia, Mimika, Papua, Senin (13/4/2020).
Diduga mereka ditembak oleh aparat keamanan yang bertugas untuk operasi penindakan dan penegakkan hukum Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).
Keluarga korban yang tidak terima atas kejadian tersebut melakukan unjuk rasa di RSUD Mimika, Papua.
Atas dasar itu Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab dan Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mendatangi keluarga korban untuk mencari tahu masalahnya.
Baca Juga: Poin-Poin Untung Rugi PON Papua Tetap Sesuai Jadwal atau Ditunda ke 2021
Herman mengatakan bahwa pihaknya menemui keluarga korban untuk menyampaikan duka cita dan juga berusaha komunikasi untuk mencari akar masalahnya.
Kemudian ia juga menyebut akan membentuk tim investigasi untuk mengusut kasus penembakan tersebut.
"Nanti kita ada petugas yang ditunjuk melaksanakan investigasi sehingga bisa kita mengetahui dan ada pun proses-proses hukum yang berjalan," kata Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI Herman melalui rekaman video, Selasa (14/4/2020).
Sementara itu, Irjen Pol Paulus menuturkan bahwa situasi keamanan di Papua sedikit tidak baik dikarenakan ada kelompok-kelompok bersenjata yang kerap mengganggu aparat keamanan baik TNI maupun Polri.
Dengan begitu TNI dan Polri mesti menempatkan satuan-satuan tugas untuk menjaga dan melindungi masyarakat serta objek-objek vital nasional di sana.
Baca Juga: Kevin Lelang Raket Bantu Korban Corona, Dibeli Raffi Ahmad dengan Harga Wah
Paulus juga tidak menampik apabila pihaknya agak sulit membedakan kelompok warga sipil dengan kelompok bersenjata.
"Terkadang kami sulit juga untuk bisa membedakan mana kelompok-kelompok yang berseberangan dengan kita yang senantiasa menganggu masyarakat biasa," tuturnya.