Kisah Keluarga Korban Corona: Saya Kehilangan Ibu pada Hari Ibu

Dany Garjito Suara.Com
Selasa, 14 April 2020 | 17:37 WIB
Kisah Keluarga Korban Corona: Saya Kehilangan Ibu pada Hari Ibu
Ilustrasi pemakaman jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni membungkusnya menggunakan plastik. (FOTO ANTARA/Dok)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Perempuan berusia 69 tahun itu telah berada di rumah sakit swasta sejak Senin pekan itu, ketika tes pertama hasilnya negatif sebelum mengulangi tes beberapa hari kemudian, kata Aya.

"Terakhir kali saya bicara dengan ibu itu Selasa... Saya selalu bersama ayah sepanjang waktu karena ia ada jadwal pasang ring jantung hari Minggu."

Tidak bisa mengucapkan selamat tinggal bukan satu-satunya ujian berat bagi Aya.

Pada hari kematian ibunya, semua kegiatan ibadah ditangguhkan di seluruh negeri. Semua masjid pun diperintahkan untuk tutup.

Baca Juga: Kematian Pasien Positif Corona di Jawa Timur Melonjak Jadi 41 Orang

Jadi, Aya dan keluarga terpaksa untuk melakukan doa pemakaman di dalam kamar mayat rumah sakit.

Proses mengeluarkan sang ibu dari rumah sakit untuk penguburan pun membutuhkan waktu yang lama. Akhirnya, mereka baru bisa mengubur ibunya di malam hari, kenangnya.

"Sangat sedikit keluarga yang datang. Kami semua mengenakan topeng dan sarung tangan. Kakak ipar saya memegang tangan dan berbisik ke saya: 'saya ingin memelukmu tapi tidak bisa'. Ibu mertua saudara laki-laki saya hancur. Tapi tidak ada dari kami yang bisa menghibur yang lain."

"Ayah saya tidak bisa mengucapkan selama tinggal kepada ibu. Dia menghadiri pemakaman tetapi dia belum melihatnya selama seminggu".

Setelah kematian ibu, ayah Aya dirawat di rumah sakit karena positif Covid-19.

Baca Juga: Videonya Viral: Pasien Corona Tolak Diperiksa, Ngamuk dan Usir Tenaga Medis

"Ketika ayah pergi, aku sedih. Aku terus meraung di lantai," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI