Suara.com - Meski pandemi corona cukup membuat khawatir, namun para aktivis satwa bisa sedikit bernapas laga. Pasalnya, pasar satwa yang memperjual-belikan hewan liar kini sepi total akibat wabah.
Menyadur dari SCMP, organisasi seperti Change for Animal Foundation, Flight, Jakarta Animal Aid Network, dan Animals Asia pernah mendesak pemerintah Indonesia untuk melarang perdagangan komersial satwa liar. Terutama perdagangan burung dan mamalia untuk konsumsi manusia.
Selain itu, organisasi tersebut juga pernah meminta agar pemerintah Indonesia untuk menutup semua pasar untuk mengurangi kemungkinan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Hingga saat ini, tuntutan tersebut belum dipenuhi oleh pemerintah.
Baca Juga: Profil Andi Taufan Garuda Putra, Stafsus Jokowi yang Surati Camat
Namun, entah harus berterima kasih atau harus bersimpati, penyebaran wabah virus corona membuat perdagangan hewan liar ini melambat dengan sendirinya.
Sebuah pasar hewan di Bali menjual segala macam hewan mulai dari kelelawar, monyet, burung, ular, sampai ikan. Biasanya, pasar ini ramai dengan wisatawan domestik dan asing di akhir pekan.
Bahkan, pemerintah setempat pernah mempromosikan pasar ini sebagai daya tarik pengunjung.
Namun, Sabtu lalu (11/4/2020) pasar ini terlihat sepi. Pembatasan sosial turut membuat aktivitas di pasar ini menurun drastis.
Seorang pengunjung Kadek Alit mengatakan kepada SCMP, "Di akhir pekan biasanya ramai di sini, tapi sekarang sangat sepi".
Baca Juga: Penumpang Anjlok, KAI Batalkan 5 Perjalanan Kereta di Jember Mulai Besok
Dinamika ekonomi di Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata. Tapi sejak wabah corona melanda, sektor pariwisata terguncang.