Suara.com - Tenaga kesehatan di Indonesia tak hanya menghadapi rumitnya persoalan menyembuhkan pasien corona alias covid-19, namun meeka harus menghadapi persoalan yang lebih kompleks seperti menghadapi ketakutan masyarakat.
Pasien datang dari ambulans, menuju ruang Gawat Darurat. Dokter, perawat, bahkan petugas administrasi kini sibuk mengurus pasien yang kini semakin bertambah berkali-kali lipat sejak corona melanda.
Namun di luar ruang perawatan, para tenaga kesehatan juga mengalami persoalan lain. Mereka menjadi objek stigmatisasi. Warga takut akan kehadiran mereka di lingkungan rumahnya.
Mereka takut para petugas itu datang dari rumah sakit, membawa virus, dan menularkannya kepada mereka. Semua gara-gara corona.
Baca Juga: Naik Rp 1.000, Harga Jual Emas Antam Nyaris Tembus Rp 1 Juta per Gram
Cerita para petugas mulai dalam menghadapi pandemi ini bermunculan. Berikut adalah beberapa cerita yang menimpa petugas kesehatan dalam menghadapi covid-19.
1. Ditampar pasien
Seorang pria parubaya datang ke meja administrasi di Klinik Pratama Dwi Puspita Kota Semarang.
Pria itu datang tanpa mengenakan masker. Seorang petugas kesehatan pun mengingatkan pria tersebut agar mengenakan masker selama wabah covid-19.
"Plakk!!" bukannya menuruti peringatam namun justru tamparan keras mendarat di kepala petugas kesehatan tersebut.
Baca Juga: Rekomendasi Web Drama Korea Romantis yang Bakal Bikin Senyam-Senyum
Para pengunjung hanya bisa melihat kejadian tersebut.
Video penamparan pun viral hingga membuat Wali Kota Semarang Hendrar Priadi meminta maaf atas perlakuan kasar terhadap nakes tersebut.
"Tenaga medis ini berjuang luar biasa, berkorban tenaga, berkorban pikiran, juga nyawa. Mereka bahkan harus terpisah dari keluarganya sementara waktu, karena adanya potensi penyebaran Covid-19 yang sangat cepat," katan Hendrar.
2. Tak bisa bertemu keluarga
Sebuah foto itu menunjukkan seorang perempuan dalam balutan Alat Pelindung Diri (APD) berwarna hijau sedang mencoba membuat sang bocah tertawa.
Perempuan yang diduga ibu sang bocah itu mengenakan APD lengkap dengan masker yang menutupi hidung dan mulutnya serta penutup kepala berwarna hijau.
"Tolong jangan ada yang mudik lagi nanti mamaku nggak pulang-pulang," demikian isi pesan yang tertera di atas kertas.
Ia pun terlihat menangis di dalam foto.
Sementara itu, Syamsi Hadi, warga DKI Jakarta masih mendampingi istrinya yang menjadi pasien virus Corona (Covid-19) dengan kategori orang dalam pengawasan (ODP) di sebuah hotel di Jakarta Selatan, Kamis (19/3/2020).
Ia sempat bercerita kalau dokter yang memeriksa istrinya pun tidak berani pulang ke rumah karena khawatir membawa virus Corona setelah memeriksa istrinya.
"Tapi dokter yang dari awal periksa dan merawat istri saya tidak berani pulang kerumah karna khawatir orang rumahnya terpapar. Dia juga menunggu hasil swab istri saya," kata Syamsi saat diwawancarai Suara.com, Kamis (19/3/2020).
Syamsi mengaku heran dengan sikap dokter tersebut. Ketika seorang dokter saja takut untuk pulang ke rumah, sang istri malah dipersilakan meninggalkan ruang isolasi dan menunggu hasil tes di luar rumah sakit.
Padahal, kata dia, status sang istri baru dinyatakan sebagai orang dalam pengawasan (ODP) corona.
3. Meninggal karena kelelahan hingga tertular virus
Sudah ada puluhan tenaga medis yang gugur akibat virus corona. Per Senin (6/4/2020) lalu, tercatat ada 31 dokter yang gugur.
Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Indra Bustomi menyatakan bahwa mereka memang merupakan dokter yang menangani pasien Corona Covid-19.
"Iya itu dari informasi RS persahabatan, bener," kata Indra saat dihubungi Suara.com, Sabtu, (4/4/2020)
Namun tidak semuanya meninggal akibat tertular covid. Ada pula yang meninggal akibat kecapaian mengurus pasien covid-19.
Salahs satu dokter tersebut adalah dr. Toni Daniel Silitonga petugas medis di Dinas Kesehatan Bandung Barat.
Pihak keluarga membantah kabar tersebut. Menurut pesan yang disampaikan pihak keluarga, dr. Toni meninggal karena serangan jantung.
Daftar tersebut belum termasuk tenaga lain seperti perawat dan petugas lainnya.
4. Jenazah dikubur malam-malam karena ditolak warga
Sempat ditolak warga, jenazah perawat RSUP dr Kariadi, Semarang yang meninggal karena virus corona Covid-19 akhirnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota malam-malam.
Suasana pemakaman ini terekam dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @portalsemarang, pada Kamis, (9/4/2020).
Petugas mengeluarkan peti jenazah dari ambulans dengan hati-hati.
Beberapa pria yang memakai baju serba putih dan hijau menggotong peti jenazah perawat asal Ungaran dalam kondisi gelap gulita.
Mereka hanya diterangi dengan lampu senter dari ponsel yang dibawa oleh orang lain. Sementara orang lain tampak merekam pemakaman ini melalui kamera handphone.