Dirawat karena Corona, PM Inggris Boris Johnson Keluar Rumah Sakit

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 13 April 2020 | 05:39 WIB
Dirawat karena Corona, PM Inggris Boris Johnson Keluar Rumah Sakit
Kondisi sesaat setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dinyatakan positif terjangkit virus corona. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah dipulangkan dari rumah sakit dan akan mulai menjalani masa pemulihan dari COVID-19 di rumah dinas Chequers, demikian disampaikan kantor pemerintahan Downing Street pada Minggu (12/4/2020).

"Atas anjuran dari tim medis, Perdana Menteri tidak akan langsung kembali bekerja. Dia menyampaikan banyak terima kasih kepada staf di St Thomas untuk perawatan luar biasa yang diterimanya," tulis kantor pemerintahan dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, Johnson (55) dilarikan ke Rumah Sakit St Thomas, London, pada 5 April, karena terus mengalami gejala penyakit infeksi virus corona setelah sepekan melakukan perawatan mandiri di rumah. Pada 6 April, dia dipindahkan ke ruang rawat intensif (ICU).

Pada 9 April, keadaan Johnson dilaporkan membaik sehingga dia dapat keluar dari ICU, dan momen tersebut digunakan untuk menyampaikan bahwa dirinya berutang budi kepada para staf di rumah sakit.

Baca Juga: Kondisi PM Inggris Boris Johnson Membaik, Tak Lagi Pakai Ventilator

Tunangan Johnson, Carrie Symonds, yang tengah hamil dan juga mengalami gejala COVID-19, menyampaikan rasa terima kasih kepada staf Pelayanan Kesehatan Nasional melalui serangkaian cuitan di Twitter.

"Pekan lalu, ada masa di mana terasa sangat gelap. Rasa prihatin saya terhadap semua orang yang merasakan kondisi serupa, khawatir dengan keadaan orang tersayang," kata Symonds.

Sementara Johnson rehat sejenak dari pekerjaan kenegaraannya, para menteri Inggris mendapat tekanan untuk menjelaskan bagaimana angka kematian nasional akibat wabah itu naik begitu cepat.

Dalam dua hari berturut-turut, Inggris melaporkan kasus kematian di rumah sakit yang meningkat tajam, hingga lebih dari 900 pasien. Bahkan pada Jumat (10/4), angkanya tercatat 980 kasus, melebihi catatan kematian tertinggi di Italia, pusat wabah COVID-19 wilayah Eropa.

Pemerintah Inggris harus dapat menjelaskan langkah mereka, termasuk melakukan tes yang dinilai jauh lebih sedikit jumlahnya di antara negara-negara di Eropa serta mengeluarkan perintah karantina wilayah yang dianggap lambat.

Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Menerima Oksigen di Unit Perawatan Intensif

Para menteri juga belum mengeluarkan pernyataan permohonan maaf secara resmi atas kekurangan alat-alat pelindung bagi tenaga medis di rumah sakit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI