Bersejarah! 5 Perubahan Planet Bumi karena Wabah Virus Corona

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 10 April 2020 | 16:26 WIB
Bersejarah! 5 Perubahan Planet Bumi karena Wabah Virus Corona
Ilustrasi Bumi (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pembatasan-pembatasan yang dilakukan dalam beragam cara di banyak negara guna memutus mata rantai penyebaran virus corona covid-19, menyebabkan semakin sedikit orang yang bepergian dengan mobil dan kereta api. Pabrik-pabrik juga berhenti beroperasi.

Ketika miliaran orang melakukan hal itu, cara planet kita bergerak juga berubah. Bahkan, faktanya, getaran pada kerak bumi menurun.

Hal ini cukup luar biasa mengingat planet kita berbobot enam miliar triliun ton.

1. Penurunan tingkat gempa secara dramatis

Baca Juga: Studi: Gaya Hidup Vegetarian Menguntungkan Planet Bumi

Para ilmuwan di Royal Observatory of Belgium adalah yang pertama memperhatikan penurunan tersebut.

Dia mengatakan bahwa "Gerakan tanah pada frekuensi 1-20 Hz [lebih dalam daripada suara bass ganda, mirip dengan organ besar] jauh lebih rendah sejak pemerintah-pemerintah melakukan pembatasan pergerakan masyarakat”.

Perubahan juga disadari di berbagai tempat lain di seluruh dunia.

Ahli gempa di Nepal melihat penurunan aktivitas, seorang pekerja di Paris Institute of Earth Physics mengatakan pengurangan pergerakan di ibu kota Prancis itu "dramatis", dan sebuah penelitian di universitas Cal Tech di AS menggambarkan penurunan di Los Angeles sebagai "sangat liar".

Penurunan dramatis dalam aktivitas seismik di Nepal dapat dilihat pada grafik ini.

Baca Juga: Besok, Orang Ini Mau ke Angkasa Buktikan Planet Bumi itu Datar

2. Udara lebih bersih, laut lebih tenang

Ini bukan satu-satunya cara virus corona—dengan caranya memengaruhi hidup kita—mengubah dunia secara alami.

Satelit telah mendeteksi penurunan nitrogen dioksida dari gas yang berpolusi, yang dipancarkan oleh mobil, truk, bus, dan pembangkit listrik.

Ilustrasi laut. (Pexels/Berend de Kort)
Ilustrasi laut. (Pexels/Berend de Kort)

3. Dunia juga lebih tenang.

Ilmuwan yang mengukur kebisingan suara sehari-hari di kota-kota dan mereka yang mempelajari kedalaman lautan telah melihat polusi suara menurun.

Ilustrasi bumi. (Shutterstocks)
Ilustrasi bumi. (Shutterstocks)

4. Sinyal lebih jelas

Penelitian seismologis yang baru tidak berarti bahwa Bumi telah berhenti berguncang sepenuhnya, tetapi perbedaannya tak hanya terlihat bagi para ilmuwan, tapi juga akan menguntungkan manusia.

Aktivitas manusia seperti kebisingan membuat khalayak lebih sulit untuk mendengarkan apa yang dilakukan Bumi secara alami.

"Anda akan mendapatkan sinyal dengan kebisingan lebih sedikit , memungkinkan Anda memeras lebih banyak informasi dari peristiwa-peristiwa itu," ujar Andy Frassetto, seorang seismolog di laman Lembaga Penelitian Seismologi Incorporated di Washington seperti dikutip dari BBC News.

Beberapa peneliti bahkan dapat menentukan dengan tepat apa yang menyebabkan penurunan kebisingan di daerah mereka.

Stephen Hicks, yang bekerja di Imperial College London, mengatakan pengurangan lalu lintas pada M4 - jalan tol yang membentang antara London dan Wales.

"Tampaknya cukup jelas bahwa selama beberapa hari terakhir, tingkat kebisingan saat fajar jauh berkurang daripada yang ada selama beberapa minggu terakhir," tulisnya di Twitter.

"Saya kira ini terjadi karena jam sibuk pagi hari yang jauh lebih sedikit - lebih sedikit orang bepergian dan tidak ada sekolah. "

Satelit Palapa B1. [Wikimedia]
Satelit Palapa B1. [Wikimedia]

5. Perubahan musiman

Perubahan ini bukan tanpa preseden. Seperti yang Anda tahu, aktivitas manusia biasanya bervariasi setiap hari dan tahun karena orang kurang aktif pada waktu-waktu tertentu.

Waktu malam lebih tenang dari pada siang hari dan pengurangan getaran pada bumi berlangsung di sekitar hari libur dan festival besar.

Tetapi apa yang terjadi di seluruh dunia adalah pengurangan aktivitas yang berlangsung berminggu-minggu, atau mungkin berbulan-bulan. Hal ini biasanya hanya terlihat sebentar saat Natal di negara-negara berpenduduk mayoritas Kristen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI