Teror order fiktif terus terjadi hingga petang. Rata-rata tiap pesanan sebesar Rp 250.000.
Bahkan ada driver yang membawa pesanan sebesar Rp 350.000. Namun sang pengemudi ojek online rela tidak diganti dan berniat menyumbangkan makanan itu.
"Ini bapak yang anter Hokben, totalnya 350.000. Kita mau ganti lagi takutnya tu orang yang pesen kesenengan karena kita ganti mulu. Jadi kita pikir-pikir lagi," cerita Wilandini.
"Pas mau ganti, dan dia bilang: mbak saya pulang aja, makanannya saya kasih ke panti asuhan, mungkin saya kurang amal. Gila gak lo gimana perasaannya jadi gue? Ya nangis," imbuhnya.
Baca Juga: Puskesmas di Bantul Layani Rapid Test Corona Secara Terbatas
Setidaknya dari sore hingga jam 8 malam ada 6 order fiktif yang dialamatkan ke rumah Wilandini.
"2 atas nama Alohot, 2 atas nama Rinaldi, 2 atas nama Ari dengan total pembayaran: 1.650.000. Jadi rata-rata pesanan: 275.000," ungkap korban.
Wilandini sebenarnya telah menghubungi pihak Grab untuk mengusut kasus serbuan order fiktif ini. Alamat rumahnya pun sudah diblokir agar pesanan tidak masuk.
Namun masih tetap ada order fiktif yang lagi-lagi ditujukan ke rumahnya. Total ada 11 order fiktif dengan jumlah pesanan sekitar Rp 2,8 juta.
Ia tahu bahwa jika ada order fiktif semacam ini driver akan diganti atau reimburse oleh perusahaan.
Baca Juga: Di Kota Serang, Wastafel untuk Cegah Corona Jadi Lapak Jualan Telor Asin
"Gue udah telfon CS Grab sampai 1 jam untuk block alamat rumah gue, tapi gak ada solusi. Dan untuk reimburse harus Grab nya sendiri yang lapor," kata Wilandini.