Suara.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang memaparkan hasil survei mengenai dampak yang dirasakan oleh anak dari kebijakan pemerintah untuk menerapkan kegiatan belajar dari rumah selama pandemi Covid-19.
Survei tersebut dilangsungkan pada akhir Maret 2020. Hasilnya, hampir seratus persen anak menganggap penerapan belajar dari rumah merupakan program penting. Survei juga menunjukan mayoritas anak mendapatkan dukungan fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar.
"Hasil survei online dengan target anak 26 sampai 29 Maret 2020 ditemukan bahwa sebenarnya 99 persen anak menyatakan bahwa belajar di rumah merupakan program yang sangat penting dan 91 persen anak mendapatkan dukungan dari orang tua selama belajar dari rumah," kata I Gusti Ayu dalam rapat virtual dengan Komisi VIII DPR, Kamis (9/4/2020).
Meski mayoritas anak menganggap kegiatan belajar dari rumah sebagai program penting. Namun, tidak sedikit dari mereka yang merasa terbebani.
Baca Juga: Lelang Memorabilia Perangi Corona, Sepeda Contador Terjual Rp 218 Juta
Sebab, selama tidak ada kegiatan belajar di bersama di sekolah, peserta didik kerap diberikan tugas hampir setiap harinya.
"Walaupun demikian 49 persen anak menyatakan bahwa belajar dari rumah membebani anak dengan tugas yang banyak dan 58 persen anak menyatakan perasaan yang tidak menyenangkan selama menjalani program belajar dari rumah," ujar I Gusti Ayu.
Sebelumnya, I Gusti Ayu mengatakan bahwa perempuan dan anak menjadi kelompok rentan terpapar maupun terdampak akibat pandemi Covid-19.
Salah satu dampak yang menjadi beban bagi perempuan ialah seorang ibu yang harus menemani anaknya selama kegiatan belajar mengajar di rumah.
I Gusti Ayu memaparkan, tidak semua orang tua termasuk ibu memiliki kemampuan dalam memfasilitasi kegiatan belajar anak di rumah. Sehingga hal itu membebankan mereka.
Baca Juga: OTG Virus Corona adalah Pembunuh Potensial
"Kebijakan belajar di rumah dapat menjadi beban tersendiri bagi ibu terutama ketika sekolah tidak menyediakan panduan yang cukup atau orang tua tidak memiliki kemampuan maupun sarana dan prasarana yang memadai untuk mengajarkan anak di rumah," kata I Gusti Ayu.