Dalam sebuah wawancara dengan Radio KDKA, Pompeo mengatakan: "Saya pikir cukup jelas bahwa Organisasi Kesehatan Dunia belum memenuhi apa yang diminta negara pendonor. WHO tidak dapat mencapai apa yang dirancang. Kita tidak bisa terus membiarkan itu berlanjut. Kita harus menemukan jalan. "
Ketika ditanya tentang mengubah kepemimpinan WHO. "Ini bukan waktunya untuk melakukan perubahan semacam itu," katanya.
Pompeo mengatakan bahwa perlu untuk memiliki "data yang benar-benar akurat" dari semua negara, termasuk China, dan mereka harus transparan sehingga informasi dapat mengalir dengan bebas.
Di New York, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa sekarang bukan saatnya untuk menilai respon global terhadap pandemi, sebaliknya meminta masyarakat internasional untuk fokus bekerja sama untuk menghentikan virus.
Baca Juga: WHO : Virus Corona Jangan Dijadikan Politisasi
Tedros mengatakan PBB akan melakukan penilaian seperti biasa tentang kinerjanya setelah keadaan darurat ini dan menarik pelajaran tentang kekuatan dan kelemahannya. Ia menambahkan: "Kami membuat kesalahan seperti manusia lainnya."
Ia menyarankan: "Tolong, persatuan di tingkat nasional, tidak menggunakan COVID-19 untuk urusan politik. Kedua, solidaritas jujur di tingkat global. Dan kepemimpinan jujur dari AS dan China."
"Yang paling kuat harus memimpin dan tidak menggunakan COVID-19 untuk urusan politik," kata dia.
Tedros mengatakan bahwa China dan Amerika Serikat harus mengikuti contoh langkah Uni Soviet dan AS pada tahun 1967 yang memberantas cacar, penyakit yang kemudian menewaskan 2 juta orang setiap tahun.
Tedros menolak "penghinaan rasis" terhadapnya, yang katanya berasal dari Taiwan, dan mengungkapkan bahwa ia juga menerima ancaman kematian selama krisis.
Baca Juga: WHO Sebut Korea Selatan Juara dalam Penanganan Virus Corona, Indonesia?
"Kami kehilangan banyak orang, mengapa saya harus peduli terhadap hinaan itu ketika orang sedang sekarat?" katanya, mencatat sudah ada "60.000 kantong mayat" setelah lebih dari 1,3 juta orang terinfeksi COVID-19.