Cerita Glenn Fredly soal Konflik Ambon: 3 Hari Terlama dalam Hidup Saya

Kamis, 09 April 2020 | 10:05 WIB
Cerita Glenn Fredly soal Konflik Ambon: 3 Hari Terlama dalam Hidup Saya
Glenn Fredly. (Suara.com/Ema)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mendiang musisi Glenn Fredly sempat bercerita tentang konflik horizontal di Ambon, Maluku, pada 1999 yang begitu membekas baginya.

Cerita tersebut dilontarkan Glenn Fredly dalam acara Ziarah Budaya Sewindu Haul Gus Dur di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 5 Februari 2018 silam.

Meski lahir dan dibesarkan di Jakarta, Glenn Fredly sempat mengunjungi Ambon setelah peristiwa. Dia menyebut kunjungan tersebut sebagai tiga hari terlama dalam hidupnya.

Baca Juga: Aura Kasih Beri Semangat untuk Istri Glenn Fredly

Ya, Glenn menyebut tahun 2000 sebagai tahun yang luar biasa bagi dirinya. Sebab di tahun tersebut, dia pulang ke Ambon tanpa pendampingan dan perlindungan pascakonflik.

"Tahun 2000 merupakan tahun yang sangat luar biasa untuk saya. Karena antara tahun 99 ke tahun 2000 saya harus menjadi seorang sipil biasa, tanpa mendapat pendampingan atau perlindungan apapun," ujar Glenn yang malam itu mengenakan peci dan kemeja batik berwarna biru.

Glenn memang besar di Jakarta. Dia mengaku sebagai produk Ibu Kota yang lahir dengan segala macam fasilitas. Meski begitu, dia juga dibesarkan dengan tradisi budaya Maluku yang kental.

"Saya lahir dan besar di Jakarta. Saya dibesarkan benar-benar sebagai produk Ibu Kota, lahir dengan segala macam fasilitas. Tapi saya juga dibesarkan oleh budaya yang diturunkan oleh kakek nenek saya tentang budaya pela gandong--budaya perjanjian persaudaraan ala Maluku," tutur Glenn.

Pada tahun 2000, Glenn Fredly memutuskan untuk pulang ke Kota Ambon. Dia menyebut itu merupakan momen ketika logikanya bertabrakan dengan peristiwa yang mengguncang keluarganya.

Baca Juga: Mobil Mama, Ini Bingkisan Lagu Glenn Fredly buat Fans Otomotif

"Tahun 2000 ketika saya kembali sebelum saya berangkat, itu merupakan momen di mana logika saya ditabrakan dengan peristiwa yang mengguncang keluarga saya, bahkan keluarga besar," ujar Glenn.

Infografis Glenn Fredly meninggal dunia dan catatan ringkas perjalanan hidupnya. [Suara.com]
Infografis Glenn Fredly meninggal dunia dan catatan ringkas perjalanan hidupnya. [Suara.com]

Glenn Fredly ke Ambon menggunakan maskapai penerbangan Merpati. Ketika itu, penerbangannya masih 1 kali dari Jakarta. Dia mengambil penerbangan tengah malam.

Di pesawat, Glenn Fredly melihat peristiwa yang menyentuh batinnya. Ketika itu, dua komunitas agama--Islam dan Kristen--saling melepas rindu. Meski penerbangan tengah malam, mereka tidur terlelap.

"Saya melihat di dalam pesawat, bagaimana masyarakat melepas rindu yang sangat luar biasa. Tidak tidur, meski penerbangan kita tengah malam. Saya menyaksikan betul apa yang ditulis di media saat itu, propaganda media tentang apa yang terjadi di Maluku membuat keingintahuan saya besar. Di pesawat, saya mulai melihat bagaimana dua komunitas ini saling melepas rindu," tutur Glenn.

Pagi menjelang. Pesawat mendarat di Kota Ambon. Ketika turun dari pesawat, Glenn Fredly kaget. Sebab, mereka dibagi sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.

"Dan, ketika pagi menjelang, turun dari pesawat, saya benar-benar kaget. Karena kami diminta untuk memperlihatkan KTP. "Oh Kristen ke kanan, Muslim ke kiri." Turun dari pesawat, kami dipisahkan," ujar Glenn Fredly.

Menetap selama tiga hari di Ambon, Glenn Fredly tinggal di zona netral. Dan, dia menyebut tiga hari tersebut merupakan tiga hari terlama dalam hidupnya.

"Itu adalah tiga hari terlama dalam hidup saya. Karena saya melihat sendiri, bagaimana kota diporakporandakan. Budaya pela gandong yang dibanggakan, hancur lebur," kata Glenn Fredly.

Pemandangan tersebut menjadi titik balik besar bagi Glenn Fredly ketika kembali ke Jakarta. Saat itu, dia mempertanyakan kehadiran dari Pancasila dan Kebhinekaan.

"Singkatnya, saya kembali ke Jakarta Dan itu menjadi turning point besar dalam hidup saya. Karena saya mempertanyakan apa itu Pancasila, apa itu kebhinekaan. Karena kota luluh lantak pecah belah sedemikian rupa," ujar Glenn.

Kala diinggapi kegalauan, Glenn bertemu seorang musisi. Glenn tidak menyebutkan namanya. Mereka berdiskusi hingga musisi tersebut memberikan pencerahan kepada Glenn.

Nah, sekitar tahun 2005, konser perdamaian terjadi di Ambon, Maluku. Konser digelar di atas puing bekas reruntuhan konflik. Sebanyak 350 ribu manusia, kata Glenn, menghadiri konser tersebut.

"Sekitar tahun 2005, konser perdamaian itu terjadi pertama kali di Ambon. Di atas puing bekas reruntuhan konflik. Sebanyak 350 ribu manusia datang untuk sebuah konser perdamaian dan almarhum Franky Sahilatua ada di situ," ujar dia.

Kepada peserta Haul Gus Dur, Glenn ingin menyampaikan bahwa peristiwa itu sudah berlalu. Kini, Glenn berharap keberagaman yang ada bisa dijaga bersama-sama.

"Yang saya mau sampaikan kepada teman-teman semua, it's already passed. (Kini) harapan saya, kita bisa menjaga keberagaman ini bersama-sama. Jogja adalah salah satu situs perdamaian, situs keberagaman," ujar Glenn.

Glenn menambahkan, Ambon yang tadinya runtuh karena puing konflik, kini dinyatakan sebagai kota musik di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Glenn Fredly juga menyanyikan lagu milik mendiang Franky Sahilatua berjudul 'Pancasila Rumah Kita'. Lagu ini dibawakan Franky Sahilatua dalam konser perdamaian di Ambon.

Berikut liriknya:

Pancasila rumah kita
Rumah untuk kita semua
Nilai dasar indonesia
Rumah kita selamanya

Untuk semua puji namanya
Untuk semua cinta sesama
Untuk semua warna menyatu
Untuk semua bersambung rasa
Untuk semua saling membagi

Pada semua insan, sama dapat sama rasa
Oh indonesiaku (oh indonesia)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI