PA 212 soal Panduan Ibadah Ramadan Kemenag: Terkesan Batasi Syiar Islam

Selasa, 07 April 2020 | 19:38 WIB
PA 212 soal Panduan Ibadah Ramadan Kemenag: Terkesan Batasi Syiar Islam
Ketua PA 212, Slamet Maarif. (Suara.com/Ria Rizki).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Agama RI menerbitkan surat edaran berisikan panduan ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriyah di tengah pandemi virus corona covid-19.

Namun, Persaudaraan Alumni 212 mengkritik surat edaran yang dibuat Kemenag lantaran terkesan pesimistis terhadap penanganan covid-19 di Tanah Air.

Ketua PA 212 Slamet Maarif menilai, Kemenag terlalu tergesa-gesa dalam membuat surat edaran yang berisikan panduan ibadah selama masih ada pandemi Covid-19. Malah ia menganggap Kemenag tidak percaya diri akan penanganan Covid-19 di Indonesia.

“Mestinya Menag tidak terburu-buru mengeluarkan imbauan tersebut, terkesan pesimistis terhadap penanganan covid-19 atau memang pemerintah tidak serius menangani?” ujar Slamet saat dihubungi Suara.com, Selasa (7/4/2020).

Baca Juga: Ini Pedoman Zakat Saat Wabah Pandemi Covid-19 dari Kemenag

Selain itu, Slamet juga mengkritik isi panduan ibadah di tengah pandemi covid-19 ala Kemenag. Di dalam panduannya, umat muslim diminta untuk menjalankan salat tarawih di rumah masing-masing.

Bahkan,  tidak dipungkiri salat Ied pun bisa dilakukan serupa apabila covid-19 masih terhitung membahayakan.

Menurut Slamet, seharusnya Kemenag bisa lebih merinci untuk menentukan mana umat muslim yang masih boleh melangsungkan salat berjemaah di masjid. Itu bisa disesuaikan dengan tingkat bahaya covid-19 di masing-masing wilayah.

Slamet menjelaskan, apabila umat muslim ada di zona aman, masih bisa menjalankan ibadah secar berjemaah di masjid.

“Enggak boleh semua wilayah Indonesia disamakan, kan kondisinya berbeda-beda. Jadinya terkesan mau larang syiar Islam di Indonesia,” ungkapnya.

Baca Juga: SE Kemenag Cegah Corona: Larang Takbiran dan Tiadakan Pesantren Kilat

Meski begitu, Slamet mengajak seluruh umat muslim untuk tetap berdoa agar pandemi covid-19 bisa segera hilang dan masyarakat bisa menjalankan ibadah Ramadan seperti sediakala.

“Kita berdoa semoga Ramadan sudah aman dari Corona sehingga imbauan Menteri Agama (Fachrul Razi) bisa kita abaikan.”

Kementerian Agama RI menerbitkan surat edaran berisi panduan ibadah ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441H di tengah pandemi wabah virus  corona covid-19.

Dalam surat edaran tersebut, Kemenag meminta masyarakat muslim untuk menjalankan salat tarawih dan buka puasa di rumah masing-masing.

Surat edaran itu diteken Menteri Agama Fachrul Razi pada Senin (6/4/2020). Setelah diteken, edaran tersebut ditujukan kepada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, Kepala Kankemenag Kabupaten atau Kota, dan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) seluruh Indonesia.

"Surat Edaran ini dimaksudkan untuk memberikan panduan beribadah yang sejalan dengan Syariat Islam sekaligus mencegah, mengurangi penyebaran, dan melindungi pegawai serta masyarakat muslim di Indonesia dari risiko Covid-19," kata Fachrul dalam keterangan tertulisnya yang diterima Suara.com, Senin.

Adapun panduan yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2020 itu ialah:

  1. Umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dengan baik berdasarkan ketentuan fikih ibadah.
  2. Sahur dan buka puasa dilakukan oleh individu atau keluarga inti, tidak perlu sahur on the road atau ifthar jama’i (buka puasa bersama).
  3. Salat Tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah.
  4. Tilawah atau tadarus Alquran dilakukan di rumah masing-masing berdasarkan perintah Rasulullah SAW untuk menyinari rumah dengan tilawah Alquran.
  5. Buka puasa bersama baik dilaksanakan di lembaga pemerintahan, lembaga swasta, masjid maupun musala ditiadakan.
  6. Peringatan nuzulul quran dalam bentuk tablig dengan menghadirkan penceramah dan massa dalam jumlah besar, baik di lembaga pemerintahan, lembaga swasta, masjid maupun musala ditiadakan.
  7. Tidak melakukan iktikaf di 10 (sepuluh) malam terakhir bulan Ramadan di masjid atau musala.
  8. Pelaksanaan Salat Idul Fitri yang lazimnya dilaksanakan secara berjemaah, baik di masjid atau di lapangan ditiadakan, untuk itu diharapkan terbitnya Fatwa MUI menjelang waktunya.

Agar tidak melakukan kegiatan sebagai berikut:

  1. Salat Tarawih keliling (tarling).
  2. Takbiran keliling. Kegiatan takbiran cukup dilakukan di masjid/musala dengan menggunakan pengeras suara.
  3. Pesantren Kilat, kecuali melalui media elektronik.
  4. Silaturahmi atau halal bihalal yang lazim dilaksanakan ketika hari raya Idul Fitri, bisa dilakukan melalui media sosial dan video call atau conference.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI