Sindir soal PSBB, Sosiolog: Minta Rakyat di Rumah Tapi Tak Dikasih Sembako

Selasa, 07 April 2020 | 14:32 WIB
Sindir soal PSBB, Sosiolog: Minta Rakyat di Rumah Tapi Tak Dikasih Sembako
Foto aerial kendaraan melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (23/3). [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah dinilai mesti memenuhi kebutuhan sembako terutama bagi masyarakat setelah menyerukan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta. Alasannya supaya anjuran dituruti.

Sosiolog Imam B Prasodjo mengatakan masyarakat masih abai imbauan masyarakat soal PSBB gara-gara kebutuhan sembako mereka tidak terpenuhi. Thus, mereka cuek.

“Mereka juga kepengen seperti Anda tinggal di rumah, cuma masalahnya mereka harus mencari nafkah. Mereka kalau hari ini enggak keluar cari nafkah, dapur tidak ngebul. Bagaimana mereka memberi makan kepada anak-anaknya,” kata Imam seperti dikutip Hops.id--jaringan Suara.com--dari tayangan TV One, Selasa (7/4/2020).

Masalah kian meruncing. Pasalnya, imbuh Imam, pekerja informal di Ibu Kota dinilai cukup banyak, seperti para ojek daring alias ojek online atau ojol. Karena itu, salah satu hal yang patut dipikirkan pemerintah yakni pemberian sembako.

Baca Juga: Kemenlu Anggarkan Rp 110 Miliar untuk WNI Terjangkit Corona di Luar Negeri

Imam mengatakan, beberapa waktu lalu, sudah ada kebijakan soal penggratisan listrik untuk rumah-rumah berdaya 450 watt, lalu penangguhan cicilan bagi kalangan menengah ke bawah, namun tidak dibarengi pembagian sembako agar mereka tetap di rumah.

“Dengan dibebaskannya listrik tentu akan mengurangi beban hidup mereka. Tapi bagaimana dengan kebutuhan sehari-harinya (selama PSBB)? Oleh karena itu harus ada upaya penggelontoran, misalnya sembako, itu segera. Dan jangan dikasih BLT seperti yang dulu.”

“Karena kalau dikasih BLT, mereka akan pergi ke pasar, lagi-lagi akan berkerumun, Tetapi sembako itu diantar,” katanya lagi.

Sebab pada dasarnya, kata dia, ada beberapa kelompok masyarakat yang kalau melakukan sesuatu harus berdasarkan pemahamannya. Hal itu masuk dalam teori tindakan sosial.

Sehingga, bagaimana mereka mau mengikuti anjuran menghindari kerumunan apabila dia belum dibuat sadar dengan kondisi yang ada pada dirinya sendiri.

Baca Juga: Tak Takut Virus Corona, Warga Berdesakan Antre Beli Masker di Pabrik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI