"Proses untuk mempersiapkan mayat berbeda sekarang," ujar Sormin.
Mayat harus dibungkus dengan tiga lapis terpal plastik, lalu dimasukkan ke dalam kantong mayat.
Selain itu, jenazah harus dimakamkan dalam waktu empat jam setelah kematian mereka.
Sormin sadar, virus corona telah menewaskan banyak orang, termasuk dokter yang juga temannya, Ucok Martin.
Baca Juga: Tetap Jualan Kala Wabah, Nenek Usia 88 Tahun: Nyuwun Slamet Maring Gusti
"Dia sangat ramah, dan dia selalu membantu pasien dan keluarga mereka jika mereka tidak mampu membayar pengobatan," kenang Sormin.
Ia mengingat pernah dibantu oleh dokter asal Medan itu.
"Beberapa kali, dia selalu menawariku membelikan makan siang, dia akan menyuruhku agar memesan lebih banyak makanan untuk dibawa pulang. Doa tahu aku tidak menghasilkan banyak uang sebagai seorag tukang mayat," kisah Sormin kepada Al Jazeera.
Martin adalah seorang dokter paru. Tidak diketahui kapan dan dimana dia terinfeksi covid-19. Martin baru saja pulang dari Yerusalem, dengan rute melalui Malaysia, lalu kembali bekerja di Rumah Saki Umum Adam Malik sebelum jatuh sakit.
"Awalnya dia melakukan rontgen," kata Sormin. "Ketika dilakukan pemeriksaan rontgen lagi beberapa hari kemudian, seluruhnya berwarna putih. Paru-parunya sudah penuh virus. Itu tidak adil. Dia menyelamatkan begitu banyak orang dengan penyakit paru-paru, dan itu pula yang membunuhnya".
Baca Juga: Bos Suzuki: Tak Ada Tempat untuk Valentino Rossi
Indonesia memang tengah mengalami kekurangan alat pelindung diri (APD). Beberapa staf medis bahkan mengakalinya dnegan menggunakan plastik dan jas hujan.