Ia telah biasa melihat ambulans di pintu masuk ruang gawat darurat, petugas medis berbaju hazmat kuning akan berdiri di dekatnya. Tak jarang ia menyaksikan keluarga yang menangis.
Pada tanggal 29 Maret itu, ketika lockdown secara bertahap dicabut, rumah sakit benar-benar sunyi. Satu-satunya ambulans yang ada terparkir di rumah sakit dengan mobil lainnya.
Ia tak melihat lagi keluarga yang gelisah menunggu di luar ruang gawat darurat.
Di luar kamar neneknya, dua atau tiga petugas medis berjalan, tak terburu-buru.
Baca Juga: Makan Indomie Goreng Pakai Kopi Serbuk, Berani Coba di Rumah?
Dalam perjalannya pulang sehabis mengunjungi neneknya, ia tak melihat banyak orang, namun ia melihat banyak mobil.
Ia sengaja berjalan-jalan di sepanjang Sungai Wuchang. Taman itu masih sepi dan rumput liar tumbuh di jalan setapak.
Namun, beberapa orang terlihat bermunculan, mungkin seperti dirinya, ingin keluar dan melihat-lihat.
Wong Yu melihat seorang pria setengah baya duduk tak bergerak di tanah, sementara temannya berjongkok di sebelah pria itu, berusaha menariknya. Tidak ada yang memakai masker.
Adegan yang ia lihat itu mengingatkannya pada kehidupan orang-orang di awal wabah ketika seseorang tumbang di jalan. Orang-orang tak berani mendekatinya, hanya akan menonton dari jauh.
Tak mengetahui dari mana keberaniannya muncul, Wong Yu menghampiri mereka dan memberi masker cadangan yang ia bawa. Wong Yu bertanya kepada pria itu apakah dia merasa tak enak badan.
Baca Juga: Longsor di Selingkar Wilis, Jalur Perdagangan Trenggalek Putus Total
Jawabannya sungguh di luar dugaan Wong Yu, pria itu ternyata baru putus dengan pacarnya.