Pihak berwenang China pada akhir Februari lalu telah menyatakan larangan perdagangan dan konsumsi hewan liar.
Sejauh ini pemerintah provinsi dan kota telah berusaha menerapkan keputusan tersebut, namun Pemerintah Shenzhen yang paling eksplisit memperluas larangan itu ke hewan peliharaan.
Menurut Liu Jianping dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Shenzhen, unggas, ternak, dan hasil laut sangat banyak tersedia bagi konsumen.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa dahging satwa liar lebih bergizi daripada daging unggas dan ternak," kata Liu seperti dikutip media pemerintah Shenzhen Daily.
Baca Juga: Usai Corona, China Kini Dilanda Kebakaran Hutan, 19 Orang Tewas
Larangan yang pertama kali diusulkan pada akhir Februari sebenarnya juga mencakup daging penyu dan kodok, yang sering dihidangkan di wilayah China selatan.
Tetapi pekan ini, pemerintah Shenzhen mengakui daging kedua hewan tersebut merupakan "bahan perdebatan terpanas", sehingga akhirnya tetap diperbolehkan untuk dimakan.
Kampanye kota untuk menghentikan makan satwa liar telah mendapat pujian dari kelompok kesejahteraan hewan.
"Shenzhen adalah kota pertama di dunia yang menganggap serius pelajaran dari pandemi ini. Mereka melakukan perubahan untuk menghindari pandemi lainnya," ujar Teresa M. Telecky dari LSM Humane Society International.
"Langkah berani yang diambil Pemerintah Shenzhen untuk menghentikan perdagangan dan konsumsi satwa liar merupakan model yang patut ditiru di seluruh dunia," katanya.
Baca Juga: Diusir Warga Satu Kampung, 7 TKA China Diterbangkan Kembali ke Jakarta
Sumber: Disadur dari ABC Indonesia