Pemakaman Sunyi Pasien Virus Corona: Kami Pendam Sendiri Kesedihan Ini....

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 03 April 2020 | 13:36 WIB
Pemakaman Sunyi Pasien Virus Corona: Kami Pendam Sendiri Kesedihan Ini....
Keluarga memantau dari jauh pemakaman salah satu anggotanya yang meninggal karena Covid-19. [Bay Ismoyo/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mereka khawatir jika virus corona masih bisa menular ketika jenazah sudah dimakamkan.

Warga melakukan aksi menutup jalan menuju ke pemakaman Macanda di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (2/4).  [ANTARA FOTO/Abriawan Abhe]
Warga melakukan aksi menutup jalan menuju ke pemakaman Macanda di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (2/4). [ANTARA FOTO/Abriawan Abhe]

Warga menghadang ambulans dan menolak jenazah tersebut dimakamkan di area pemakaman itu dan menuntut makam dipindahkan.

Bupati Banyumas bahkan turun tangan untuk menggali makam yang berada di perbatasan Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok dengan Desa Tumiyang itu.

Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan penolakan terjadi karena masyarakat belum memahami bahwa virus corona yang menginfeksi pasien meninggal juga ikut mati.

Baca Juga: Pemakaman Pasien Corona di Gowa Sempat Panas, Warga Bakar Ban Blokir Jalan

Stop stigmatisasi
Menanggapi maraknya penolakan warga terhadap jenazah pasien Covid-19, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengimbau warganya untuk stop stigmatisasi pada pasien Covid-19 dan keluarganya, termasuk mereka yang meninggal karena virus corona.

"Masyarakat yang sudah terstigmatisasi di mana-mana pasti akan ditolak di mana-mana. Kasihan dia, dia butuh dukungan. Bukan musuh kita kok," papar Ganjar.

"Sakitnya seperti apa sih keluarganya, melihat mukanya aja nggak boleh, ngeliat mayatnya nggak boleh. Orang tercintanya meninggal dan kemudian melayat nggak boleh. Itu sudah sakit, tolong jangan ditambah lagi perasaan sakitnya mereka," imbuhnya kemudian.

Rita Damayanti, pakar kesehatan masyarakat dari UI, menambahkan solusi untuk mengatasi stigmatisasi ini adalah mengubah pola pikir masyarakat menjadi "setiap orang, pada prinsipnya, berpotensi tertpapar virus corona."

Dengan begitu, setiap orang bertanggungjawab untuk tidak menularkan virus tersebut.

Baca Juga: Miris! Warga Gowa Tolak Pemakaman Jenazah Pasien Corona

"Kalau setiap orang berprinsip seperti itu, nggak muncul yang namanya situasi seperti sekarang. Orang ketakukan kena [virus corona], padahal perntanyaannya dia sudah kena atau belum? Dia juga nggak tahu," ujar Rita.

REKOMENDASI

TERKINI