Swiss menjadi salah satu negara yang paling terdampak COVID-19. Situs www.worldometers.info/coronavirus/ mencatat jumlah kasus COVID-19 di negara itu per 1 April 2020 mencapai 16.605 kasus positif dengan 433 kematian dan 1.823 sembuh.
Sementara itu di Prancis, jumlah infeksi COVID-19 tercatat 52.128 kasus dengan 3.523 kematian dan 9.444 sembuh. Angka tersebut menempatkan Prancis di posisi keempat negara paling terdampak COVID-19 di Eropa, setelah Italia, Prancis, dan Jerman.
Tingginya kasus positif corona di Prancis disebut karena masyarakat sempat kurang mengindahkan imbauan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah.
Selain itu, pemilu wali kota yang diadakan pada 15 Maret lalu mengakibatkan pemerintah Prancis tidak bisa langsung memberlakukan karantina wilayah.
Baca Juga: Darurat Corona, DKI Terima Bantuan Pakaian Dalam Medis Wanita
Baru pada 16 Maret, masyarakat Prancis diminta untuk membatasi kegiatan di luar rumah dan menerapkan pembatasan sosial.
“Pada saat itu juga sudah mulai ada pengecekan oleh polisi. Kita harus mengisi surat pernyataan alasan untuk keluar rumah. Kalau melanggar ada dendanya, awalnya 135 euro sekarang sudah naik,” ujar Winna Lia, seorang mahasiswa Indonesia di yang tinggal di Paris.
Mencermati perkembangan situasi di Pusat Mode Dunia itu, Winna menilai kepatuhan masyarakat terhadap aturan berangsur-angsur meningkat. Di ruang publik, masyarakat juga sudah menjaga jarak satu dengan lainnya.
Ia juga melihat situasi keamanan di Prancis secara umum terkendali, karena sebelum memberlakukan pembatasan pergerakan sosial, pemerintah setempat telah membuat rencana yang matang untuk mencukupi kebutuhan esensial warganya, termasuk memastikan distribusi dan stok pangan terpenuhi, hingga mengantisipasi aksi kekerasan.
“Jujur saya jauh lebih khawatir dengan kondisi di Indonesia daripada di sini, karena saya belum melihat kesadaran masyarakat maupun pemerintah untuk lebih tegas,” ujar Winna.
Baca Juga: Menlu Retno Ajak 8 Negara Tetap Jalani Perdagangan saat Wabah Corona
“Tentunya pembatasan harus disiapkan dengan baik agar masyarakat menengah ke bawah tidak semakin menderita. Tetapi kalau pemerintah semakin terlambat bertindak, efek ke ekonomi akan semakin besar dan sulit untuk rebound,” kata mahasiswa yang tengah menempuh studi master jurusan Pengembangan Pariwisata di University of Paris 1 Pantheon-Sorbonne itu.