Suara.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah melakukan rapid test atau pemeriksaan corona secara massal. Tes ini dilakukan di enam wilayah Kota dan Kabupaten Administrasi Jakarta.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan ada 18.077 orang yang mengikuti rapid test ini. Tes ini dilakukan oleh tim kesehatan hingga tingkat Puskesmas yang menerima distribusi alat ini.
"Sebanyak 18.077 orang telah menjalani rapid test" ujar Dwi di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (1/4/2020).
Dwi mengatakan pemeriksaan uji corona dengan alat itu sudah rampung. Hasilnya, ada 299 orang yang dinyatakan positif corona.
Baca Juga: Ngakunya Belajar Bareng saat Corona, Terpergok Bugil sama Pacar di Indekos
"Dari total tersebut, rinciannya 299 orang dinyatakan positif COVID-19," tuturnya.
Kendati demikian, para pasien positif corona itu akan dites lagi dengan tahapan swab PCR. Tujuannya untuk mendapatkan hasil yang lebih valid apakah mereka benar terjangkit corona atau tidak.
Selain itu, 17.778 orang sisanya yang mengikuti rapid test dinyatakan negatif corona.
"17.778 orang dinyatakan negatif," pungkasnya.
Sementara, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengaku rapid test yang dilakukan berbeda dengan yang lainnya. Alat yang digunakan ditambah dengan sebuah serum.
Baca Juga: Gawat Hasil Rapid Test di Depok, 65 Orang Positif Virus Corona
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti mengatakan Cara menggunakan alat rapid test pun berbeda-beda tergantung pada merknya. Saat ini, Pihaknya memiliki alat rapid test yang penggunaannya memakai darah lipat siku (whole blood) atau serum.
“Proses yang kami terapkan dalam rapid test adalah pengambilan darah dari lipatan siku. Darah tersebut perlu diputar di dalam tabung centrifuge dengan menunggu selama 15 menit, sehingga menghasilkan serum," ujar Widyastuti.
Ia menjelaskan serum itu adalah cairan di atas bekuan darah yang bertindak sebagai antibodi atau sistem pertahanan tubuh. Karena COVID-19 menyerang sistem pertahanan tubuh, maka dengan serum menjadi antibodi, pendeteksian corona lebih mudah diketahui.
"Kemungkinan positif terhadap penyakit pun lebih tinggi daripada darah yang diteteskan langsung,” jelasnya.