"Aku merasa tanpa mereka, aku tidak akan cepat sembuh," kata Ben.
Pada 17 Maret, Ben dipindahkan dari UGD ke bangsal isolasi karena ia sudah bisa bernapas tanpa alat bantu.
"Saya sadar covid-19 telah membunuh banyak orang di seluruh dunia, dan ditempatkan di UGD berarti ada kemungkinan bahwa saya tak bisa keluar selamat," katanya.
Sementara itu, Dr Liew mengatakan meskipun sistem kesehatan di Singapura kuat, kita tetap harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan jarak sosial untuk menghentikan pandemi ini.
Baca Juga: Ramalan Zodiak April 2020: Pisces Kelelahan, Virgo Rawan Kehabisan Uang
Setelah tiga kali melakukantes usap secara terspisah dan hasilnya menunjukkan negatif covid-19, Ben kembali ke rumahnya.
"Saya menangis berkali-kali. Saya juga menangis ketika seorang perawat mengatakan kepada saya bahwa dia berdoa untuk saya meskipun dia tidak mengenal saya. Saya juga menangis ketika saya melihat bahwa para perawat begitu sibuk dan belum, mereka merawat saya dengan baik, "kata Ben.
"Aku menyadari bahwa aku memiliki kesalahpahaman bahwa ICU seperti hukuman mati ... tapi aku menyadari bahwa itu mungkin satu-satunya tempat yang bisa menyelamatkanku. Aku adalah bukti hidup."
Ben kembali menangis saat wawancara ini karena dia sangat tersentuh dengan apa yang dilakukan para dokter dan perawat untuknya dan "sangat bersyukur karena masih hidup".
Baca Juga: Jokowi Khawatir TKI Mudik dari Malaysia Bawa Virus Corona ke Desa