"Ketika saya diintubasi, saya bangun di sebuah ruangan kantor yang tidak saya kenali," kata Ben.
Ben menatap ruang kantor yang berisi meja, lemari arsip, jam dan tak ada seorang pun di sana.
"Itu menakutkan, dalam artian aku tak punya kendali. Aku tidak bisa keluar," kisah Ben.
Dalam adegan halusinasi selanjutnya, kepalanya dikelilingi oleh bahasa-bahasa Korea yang ia sama sekali tak mengerti.
Baca Juga: Ramalan Zodiak April 2020: Pisces Kelelahan, Virgo Rawan Kehabisan Uang
"Aku mencoba memejamkan mata, tetapi aku tak bisa menghindarinya," kata Ben yang mengalami halusinasi ini ketika dibius.
Ben melanjutkan, "Aku hanya bisa berpikiroh tolong, aku hanya ingin keluar dari sini, aku tidak bisa menerimanya! Lalu aku pindah ke adegan selanjutnya".
Dr Liew mengarakan, Ben menderita ICU delirium. Kondisi ini umum terjadi pada pasien yang kritis dan menerima sedasi dengan dosis tinggi.
"Jika mereka tidak dibius dengan benar, kita tidak akan bisa membebaskan mereka dari ventilator untu membantunya bernapas, dan itu akan semakin memperburuk peradangan paru-paru," kata Liew.
Ben bergantung pada alat bantu pernapasan hingga lima hari kemudian.
Baca Juga: Jokowi Khawatir TKI Mudik dari Malaysia Bawa Virus Corona ke Desa
Perlaha, Dr Liew melepas secara bertahap dari alat bantu ventilator dans edasi tersebut.