Infografis
Suara.com - Ninuk, perawat berusia 37 tahun menjadi salah satu tenaga medis yang meninggal akibat Covid-19. Ia sempat bertanya kepada suaminya, Arul, terkait statusnya yang positif Covid-19.
"Yah, aku positif Covid-19, masih bisa hidup nggak ya?" tanya Ninuk kepada Arul, di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Dr. Cipto Mangunkusumo pada 10 Maret lalu, seperti diberitakan BBC Indonesia -- Jaringan Suara.com, Senin (30/03).
BACA JUGA: Jika Covid-19 Belum Reda, Ini 3 Tuntunan Ibadah Ramadan dari Muhammadiyah
Setelah 12 tahun menjadi perawat di rumah sakit itu, tepatnya di ruang ICU, Ninuk terbaring lemah sebagai pasien di RSCM karena penyakit yang dideritanya sejak awal Maret.
Baca Juga: IDI soal Perawat Diusir Warga: Sudah jadi Masalah Sosial
Ninuk mengalami rasa lelah yang amat sangat, demam hingga 39 derajat Celcius, diare, hingga sesak napas. Ninuk kemudian dirawat di RSCM, setelah sebelumnya dua kali rawat jalan di RS itu.
Di ranjang IGD, tubuh Ninuk tak hentinya berpeluh, sementara hidungnya terus berair. Ia juga mengeluh pinggangnya terasa nyeri.
![Tekanan emosional yang dirasakan staf medis kerap terlampau berat. [Paolo Miranda/BBC]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/03/24/14933-perawat-pasien-virus-corona-di-italia-9.jpg)
Suaminya, Arul, menemaninya sambil menyeka keringatnya dan mencoba meredakan nyeri di pinggangnya dengan obat gosok.
"Saya bilang tenang saja. Allah yang memberikan sakit, Allah juga yang menyembuhkan. Saya hanya bisa menyemangati saat itu," kata Arul, mengenang perbincangannya dengan sang istri.
BACA JUGA: Nekat Gelar Hajatan saat Pandemi Corona, Warga Ini Kena Damprat Polisi
Baca Juga: Serukan Perawat Jangan Urus Pasien Tanpa APD, Ketum IDI: Bukan Boikot
Menjelang malam, Ninuk semakin kesulitan bernapas hingga ia harus dibantu dengan ventilator.
