Pandemi COVID-19, Sistem Kesehatan Indonesia Berada di Tubir Jurang

Kamis, 26 Maret 2020 | 09:27 WIB
Pandemi COVID-19, Sistem Kesehatan Indonesia Berada di Tubir Jurang
Sejumlah pekerja menyiapkan peralatan medis yang akan digunakan untuk Rumah Sakit Darurat penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Minggu (22/3/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London, Britania Raya pada awal pekan ini (23/3/2020) memperkirakan bahwa hanya 2 persen dari infeksi akibat Coronavirus Disease atau COVID-19 di Indonesia dilaporkan. Bila menyatakan jumlah sebenarnya, bisa sebanyak 34.300, atau lebih banyak dari Iran. Demikian dikutip dari Reuters.

Disebutkan pula, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, pada 2017 ketersediaan dokter di Indonesia adalah empat dokter per 10.000 orang. Sementara Italia memiliki 10 kali lebih banyak, berdasarkan jumlah per kapita. Dan Korea Selatan mencatatkan jumlah dokter enam kali lebih banyak.

Hal itu menjadi sudut pandang bahwa saat ini Tanah Air kita disebutkan berada di tubir jurang dalam mengatasi pandemi COVID-19. Indonesia mengalami defisit yang signifikan atas ketersediaan tempat tidur rumah sakit, staf medis, dan fasilitas perawatan intensif. Padahal, para pakar kesehatan dunia telah memperingatkan bahwa negara kita bakal menjadi episentrum baru pandemi virus global ini, berdasar tinjauan data Reuters.

Para petugas medis keluar dari sebuah rumah sakit di Burgos, Spanyol dan diberi semangat oleh orang-orang di tengah wabah virus corona yang melanda. (Foto: AFP / Cesar Manso)
Para petugas medis keluar dari sebuah rumah sakit di Burgos, Spanyol dan diberi semangat oleh orang-orang di tengah wabah virus corona yang melanda. [AFP/Cesar Manso].

Para pakar kesehatan dunia menyebutkan bahwa Indonesia menghadapi lonjakan kasus Corona akibat respons pemerintah yang lambat, dan menutupi skala wabah di negara terpadat keempat di dunia ini. Disebutkan bahwa Indonesia telah mencatat 686 kasus namun data ini dilihat sebagai mengecilkan skala infeksi karena tingkat pengujian yang rendah dan tingkat kematian yang tinggi. Dengan angka kematian mencapai 55 jiwa (menurut data Worldometer per hari ini). Artinya, Indonesia menduduki posisi tertinggi di Asia Tenggara.

Baca Juga: Ibunda Jokowi Wafat, Jalan Letjen Suprapto Dipenuhi Ratusan Karangan Bunga

Masih dari hasil studi Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London, dari permodelan diproyeksikan bahwa kasus-kasus COVID-19 atau pandemi Coronavirus Disease di Indonesia dalam skenario terburuk bisa meningkat hingga 5 juta di ibukota, Jakarta, pada akhir April 2020.

"Kami mengalami kesulitan dalam mengendalikan, karena telah menyebar ke mana-mana," papar Ascobat Gani, seorang pakar ekonomi kesehatan masyarakat kepada Reuters. "Mungkin kami akan mengikuti jumlah korban seperti di Wuhan atau Italia. Saya pikir kami berada dalam kisaran itu."

Meski demikian, pandangan dari pemerintah tidaklah demikian. Dampak virus COVID-19 tidak akan separah perkiraan.

"Kami tidak akan seperti itu," tukas Achmad Yurianto, seorang pejabat senior dari Kementerian Kesehatan, saat mengambil perbandingan wabah dengan rujukan Italia dan China. "Yang penting kami mengimbau warga, agar terus melakukan jaga jarak (physical distancing)."

Dokter Meninggal

Baca Juga: Best 5 Otomotif Pagi: Logo Jaga Jarak Cegah COVID-19, Renault Bikin Alkes

Sistem kesehatan Indonesia sangat buruk bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang terdampak COVID-19. Negara berpenduduk lebih dari 260 juta orang ini memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit, menurut data Kementerian Kesehatan. Artinya, sekitar 12 tempat tidur per 10.000 orang. Sementara sebagai perbandingan, menurut WHO, Korea Selatan memiliki 115 per 10.000 orang.

Masih menurut WHO, pada 2017 diketahui bahwa Indonesia memiliki empat dokter per 10.000 orang. Italia memiliki 10 kali lebih banyak, berdasarkan per kapita. Korea Selatan memiliki dokter enam kali lebih banyak.

Achmad Yurianto mengatakan, dengan langkah jaga jarak yang tepat atau melakukan physical distancing, seharusnya tidak ada kebutuhan untuk sejumlah besar tempat tidur tambahan dan staf medis disebutnya cukup untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Namun, Budi Haryanto, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, mengatakan kepada Reuters, "Rumah sakit tidak siap untuk mendukung kasus-kasus potensial. Perawatan akan terbatas."

Saat ini, masih menangani ratusan orang yang dirawat di rumah sakit karena pandemi COVID-19, dokter menyatakan bahwa sistem kesehatan sudah mulai tegang. Banyak staf kesehatan tidak memiliki peralatan pelindung, termasuk kisah seorang dokter yang mesti mengenakan jas hujan karena tidak ada pakaian pelindung memadai.

Sebagai tanda kontrol infeksi yang buruk di rumah sakit dan tempat layanan kesehatan, delapan dokter dan satu perawat telah meninggal karena Virus Corona atau Novel Coronavirus (COVID-19). Jumlah ini disebutkan oleh Asosiasi Dokter Indonesia. Sementara sebagai pembanding, di Italia dengan 6.077 kematian akibat virus yang sama, telah meninggal 23 dokter.

"Kami mesti membawa masker sendiri"

"Kami mesti membawa masker sendiri, juga pakaian kerja sendiri yang mungkin belum memenuhi standar kualitas," tukas salah seorang sumber kepada Reuters, dan meminta namanya dituliskan anonim mengingat pekanya permasalahan ini.

"Teman-teman saya, satu per satu terserang Corona," paparnya seraya menahan bulir air mata.

Pemerintah mengatakan bahwa pekan ini telah memasok 175.000 set peralatan pelindung baru untuk staf medis yang akan didistribusikan di seluruh penjuru Tanah Air. Dan rumah sakit darurat baru telah dibuka di Jakarta dengan daya tampung mencapai 24.000 pasien. Dokter dan staf medis telah dijanjikan bonus dan 500.000 unit rapid test untuk COVID-19 telah mendarat dari China.

Namun sekali lagi, sistem kesehatan Indonesia sangat terdesentralisasi, sehingga sulit bagi pemerintah pusat untuk melakukan koordinasi di negara kepulauan atau archipelago yang terdiri lebih dari 19.000 pulau dan membentang sepanjang 5.100 km.

Kurangnya tempat tidur untuk unit perawatan intensif (ICU) juga mengkhawatirkan para pakar kesehatan, terutama karena Indonesia tengah memasuki musim puncak demam berdarah, yang menambah kebutuhan fasilitas kesehatan.

"Bila sakit parah, masuk ICU, dan memakai ventilator, mestinya nyawa bisa diselamatkan," tutur Archie Clements, spesialis kesehatan masyarakat dari Universitas Curtin, Perth, Western Australia, dalam memberikan pandangan korban terinfeksi Virus Corona baru.

"Jika tidak ditangani di CU dan memakai ventilator, maka akan jatuh korban jiwa," tandasnya.

Dari hasil studi dalam jurnal Critical Care Medicine yang terbit pada Januari 2020, disebutkan bahwa perbandingan tempat perawatan intensif bagi pasien dewasa di Indonesia adalah 2,7 ruang ICU per 100.000 orang. Termasuk yang terendah bagi negara-negara Asia berdasarkan data 2017.

Catatan Redaksi: Jika Anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal Virus Corona COVID-19, silakan hubungi Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081212123119

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI