Suara.com - Bupati Klaten Sri Mulyani memberikan karangan bunga untuk tenaga medis. Namun, pemberian bunga tersebut dianggap sebagai bagian dari agenda politik pilkada oleh publik.
"Maaf Bupati Klaten, karangan bunga Anda mungkin harganya Rp 500 ribu - Rp 1 juta atau lebih. Sudah ngirim ke berapa banyak lokasi? " tulis akun @mahasiswaYUJIEM melalui akaun twitter.
"Sekarang sudah serba digital, Anda bisa melakukan dengan lebih mudah dan tidak menghabiskan banyak anggaran. Saya tahu sebentar lagi pilkada. Tapi tolong mikir," tambahnya.
Karangan bunga dari Bupati Sri Mulyani tersebut ditujukan untuk menyemangati tenaga medis di masa pandemi Covid-19.
Baca Juga: Virus Corona Bikin Lesti Jadi Rajin Mandi
"Ayo semangat para pejuang medis puskesmas prambanan dalam melayani masyarakat agar kita terbebas dari Covid-19 atau corona," tulis Bupati Klaten pada karangan bunga yang ia kirimkan.
Karangan bunga tak hanya diberikan ke Puskesmas Prambanan, tapi juga ke RSUP dr Soeradji Tirtonegoro.
Foto karangan bunga dan serangkaian utas mengenai Bupati Klaten yang diunggah oleh akun @mahasiswaYUJIEM, mendapatkan banyak tanggapan dari warganet.
"@ganjarpranowo siang pak, mohon ditegur/diberi arahan, kayaknya tindakan bupati kurang pas dengan keadaan sekarang, malah mengumpulkan banyak masa dan mengirim karangan bunga yang tidak perlu" tulis akun @Achoowy.
Sebelumnya, Sri Mulyani juga sempat viral karena aksi pemberian masker dan handsanitizer di pasar tradisional Klaten pada Sabtu (21/3/2020).
Baca Juga: Terlihat Saat Tes Corona di Rumah Mewah Jerry Lo, Ini Penjelasan Iwan Bule
"Beberapa hari yang lalu juga bagi-bagi masker, sudah tau ada himbauan untuk tidak berkumpul eh malah boomer, iya sebentar lagi memang pilkada," tambah akun @mahasiswaYUJIEM.
Tapi, aksinya tersebut malah mengundang kritik karena menimbulkan kerumunan. Hal tersebut juga dikomentari oleh banyak warganet melalui instagram resmi Sri Mulyani.
"Dua kesalahan fatal, seharusnya terpikirkan sebelumnya tapi mungkin kalah oleh pertimbangan kepentingan mengamankan periode ke-2 bupati, pertama membagikan masker lewat satu orang bupati membuat orang berkumpul, sudah dihimbau social distanding," komentar akun @yogadhistya.
"Kesalahan kedua, masker dibagikan dengan tangan telanjang," tambahnya.
Komentar tersebut kemudian dibalas oleh Sri Mulyani, di mana ia menganggap pemberian masker di pasar adalah bentuk pelayanan.
"Tidak ada batas memberikan pelayanan dan himbauan untuk masyarakat," tulis Sri Mulyani.
Pantauan Suara.com, foto-foto Bupati Sri yang sedang memberikan masker di pasar telah dihapus dai akun instagram.