8 Jawaban atas Pertanyaan soal Virus Corona yang Sering Diajukan

Selasa, 24 Maret 2020 | 10:01 WIB
8 Jawaban atas Pertanyaan soal Virus Corona yang Sering Diajukan
Pasien Covid-19 sulit dapat kamar di RS rujukan pemerintah. (Suara.com/Iqbal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

5. Mengapa sejauh ini belum ada vaksinnya?

Pengembangan dan pembuatan vaksin yang efektif dan aman, normalnya perlu waktu beberapa tahun. Ada sedikitnya 47 proyek pengembangan vaksin virus corona yang saat ini dijalankan di seluruh dunia. Salah satu perusahaan terdepan dalam riset bidang ini adalah CureVac dari Jerman.

Walaupun para ilmuwan bekerja ekstra keras dalam tekanan waktu untuk mengembangkannya, vaksin virus corona diyakini tidak mungkin diluncurkan ke pasar tahun ini juga. Pasalnya uji klinis perlu banyak waktu.

Para ilmuwan juga mengembangkan apa yang disebut imunisasi pasif, paralel dengan pengembangan vaksinnya. Mereka mengambil antibodi dari serum darah pasien COVID-19 yang sembuh dari infeksi.

Baca Juga: Cegah Virus Corona, ASN Dispora Padang Wajib Push Up Dua Jam Sekali

Disebut imunisasi pasif, karena pasien hanya “meminjam“ kekebalan tubuh yang dikembangkan pasien lainnya. Keuntungannya, metode ini menolong dengan cepat. Tapi kelemahannya, tubuh tidak memproduksi antibodi sendiri, sehingga rentan infeksi susulan.

6. Bagaimana dengan obat ibuprofen?

Banyak kerancuan muncul terkait konsumsi ibuprofen dengan infeksi virus corona. Sebuah penelitian yang dilancir Lancet Resoiratory Medicine 11 Maret 2020 menyebutkan, pasien yang terinfeksi virus corona yang mengkonsumsi ibuprofen atau satu jenis obat diabetes, justru bisa memperkuat efek dari virus corona.

Riset menyebutkan, ibuprofen dan thiazolidinediones yakni obat untuk diabetes tipe 2, memicu naik regulasi reseptor ACE2 yang memungkinkan virus SARS memasuki sel. Tapi teori tersebut sejauh ini belum dikonfirmasi.

Kebingungan bertambah, ketika WHO melontarkan peringatan resmi, melarang pasien virus corona mengkonsumsi ibuprofen. Sebaliknya WHO menyarankan konsumsi paracetamol. Tapi dua hari kemudian WHO mencabut kembali peringatan resmi tentang ibuprofen itu.

Baca Juga: Bantu Perangi Corona, Muncul Usulan Potong Gaji Anggota DPR

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI