Suara.com - Chen Wei disebut menemukan vaksin virus corona. Chen Wei adalah tentara perempuan China.
Chen Wei adalah perempuan yang berperan besar di balik penemuan vaksin ini. Bagi Chen Wei, ahli epidemiologi dan virologi militer China, pertempuran ilmiah melawan epidemi harus dilakukan bahkan sebelum patogen lahir.
"Pencegahan dan pengendalian satu epidemi tidak pernah bisa menunggu sampai penyakit itu menyerang," kata Chen kepada China Science Daily.
Menyadur South China Morning Post, Chen Wei adalah anggota Tentara Rakyat China berpangkat mayor jenderal.
Baca Juga: Imbas Merebak Virus Corona, KPU Gunungkidul Tunda Tahapan Pilkada
Perempuan berusia 54 tahun itu adalah ahli biokimia paling terkenal di negeri tirai bambu tersebut.
Ia menginisiasi penelitian mengenai virus yang menjangkiti puluhan ribu orang di kota Wuhan Provinsi Hubei. Lalu, pada pertengahan Januari, Chen tiba bersama tim-nya di Wuhan.
Chen melakukan penelitian itu di Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium dengan klasifikasi keamanan hayati tertinggi di China.
Chen tiba di Wuhan dengan kepercayaan penuh dari Militer China. Akademi Ilmu Kedokteran Militer (AMMS) yang ia naungi untuk melakukan penelitian juga telah diizinkan untuk memulai uji klinis.
Stasiun televisi setempat, CCTV, melaporkan vaksin yang dikembangkan oleh Chen, timnya dan perusahaan vaksin CanSin Biologist adalah jenis yang paling mendekati sempurna diantara sembilan sampel vaksin lain yang juga tengah dikembangkan oleh para ilmuwan China.
Baca Juga: Blok M, Kemang hingga Gajah Mada Jadi Target Polisi Razia Cegah Corona
Para peneliti di seluruh dunia berusaha keras mengembangkan vaksin untuk Covid-19 ini.
Namun, seorang pakar vaksin di Shanghai, Tao Lina, mengatakan bahwa China akan merasa 'kehilangan muka' jika orang Amerika mengalahkan mereka dalam menemukan vaksin ini.
"Hasil penelitian klinis China muncul sedikit lebih awal dari yang saya perkirakan, meskipun saya percaya dosis pertama vaksin rekombinan telah disuntikkan ke tubuh Chen dan beberapa rekan satu timnya," kaya Tao.
Tao merujuk pada foto-foto yang telah beredar di platform media sosial WeChat yang menunjukkan Chen tengah disuntik vaksin tersebut.
Chen mengembangkan vaksin rekombinan dengan menggunakan virus atau bakteri yang tidak berbahaya, kemudian mempertemukannya dengan materi genetik patogen ke dalam tubuh untuk membangun kekebalan.
Pengembangan rekombinan ini telah menuai pujian karena terbukti membantu menangani wabah Ebola pada 2014-2016 lalu.
Selain itu, Chen juga mengembangkan semprotan hidung untuk melindungi pekerja medis selama wabah SARS pada tahun 2002.
Pada Selasa (17/3/2020), produsen vaksin CanSino Biologic yang bekerja sama dengan tim penelitian Chen Wei mengatakan telah mulai mencari sukarelawan untuk berperan dalam uji coba klinis ini.
"Sebuah uji klinis mungkin perlu waktu beberapa bulam atau bahkan satu tahun, yang membutuhkan kerja sama erat antara laboratorium dan sukarelawan. Perwira Militer lebih mudah melakukannya dilihat dari dedikasi mereka," kata Tao.
Seorang pensiunan sejarawan militer yang berbasis di Beijing mengatakan, CMC mendukung penelitian dari akademi militer tersebut agar vaksin bisa ditemukan secepat mungkin.
"Mereka perlu melakukan tes manusia lebih awal, karena itu satu-satunya jalan pintas tersebut. Semua staf laboratorium MMS bahkan berseloroh bahwa mereka adalah 'tikus lab' dari penelitian tersebut. Mereka adalah manusia pertama yang menguji vaksin tersebut," kata sejarawan tersebut.