Suara.com - Rencana tes virus Corona atau Covid-19 untuk anggota DPR dan keluarganya panen cibiran serta protes dari publik, terutama para warganet di media sosial.
Salah satunya yang mengkritik keras adalah pegiat hak asasi manusia, Veronica Koman. Melalui akun jejaring sosial Twitter miliknya, Veronica menyebut hal ini menjijikan.
Menurut dia, banyak orang dari berbagai negara bersusah payah mendapatkan tes di tengah kelangkaan pasokan medis. Sementara, anggota parlemen Indonesia mendapatkannya gratis.
"Saat banyak orang sakit dari berbagai negara bersusah payah untuk mendapatkan tes di tengah kelangkaan pasokan medis, semua anggota parlemen Indonesia dan keluarganya akan mendapatkan tes Covid-19 secara gratis. Menjijikan. Ini adalah perang kelas," cuit Veronica Koman seperti dikutip Suara.com dari akun Twitter @VeronicaKoman.
Baca Juga: Tak Perlu Antre! Semua Anggota DPR dan Keluarga Akan Ikut Rapid Test Corona
Di cuitan lain, Veronica Koman memaklumi ketika semua negara gagap mengatasi pandemi ini. Namun, imbuh dia, memprioritaskan anggota DPR dan keluarganya dites gratis itu merupakan hal yang tidak peka.
Veronica Koman mengatakan kebijakan tersebut sebagai cerminan dari kultur korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang dituding menjangkiti DPR.
"Semua negara gagap dalam mengatasi pandemik, iya dimengerti. Tapi memprioritaskan semua anggota DPR dan keluarganya dites gratis ketika rakyat yang sakit saja sulit dites sangatlah tidak peka. Kebijakan ini cerminan dari kultur KKN yang memang menjangkiti DPR," tulis Veronica Koman.
Protes juga dilancarkan oleh pesohor sekaligus aktivis Melanie Subono. Dia mempertanyakan esensi dari mendahulukan tes kepada anggota DPR dan keluarganya.
Dia membandingkan dengan nasibnya yang berstatus orang dalam pantauan (ODP) tapi tidak kunjungan menjalani rapid tes maupun swab sebagai bagian tes Covid-19.
Baca Juga: Anggota DPR Sekeluarga Dites Covid-19, Melanie Subono Mencak-mencak
"Mohon maaf ya bapak ibu dewan yang sangat terhormat katanya.... Buat apa ya ini mbang, munaaah? Saya dapet kertas ODP dan ODP+ dan sampe hari ini nggak kebagian rapid dan Swab abis dimana mana," tulis Melanie Subono melalui akun jejaring sosial Instagram miliknya, @melaniesubono
Menurut Melanie, anggota DPR tersebut tidak perlu cek kecuali jika mereka memiliki gejala Covid-19. Melanie emosi mengatakan anggota DPR itu tidak pernah menyambangi rakyat.
"Mereka nggak perlu cek, kecuali ada gejala. Mereka juga nggak pernah nyambangin turun ketemu rakyat kok kecuali pas minta dipilih minta suara," tulis Melanie Subono.
"Kalau rakyat kecil ngga bisa periksa karena swab nggak ada, rapid test nggak ada, nanti diagnosanya paling DBD atau tipes atau radang paru, sementara mereka nanti akan pamer hasil tesnya di medsos-medsos dan kita cuma bisa merana nyariin swab di mana," ujar Melanie.
Protes lain dilancarkan intelektual Nahdlatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdalla. Dia meminta tes untuk anggota DPR dibatalkan, dan lebih memilih dokter, tenaga kesehatan pasien ODP dan PDP sebagai prioritas.
"Batalkan tes untuk anggota DPR dan keluarga. Prioritaskan para dokter, nakes, ODP, PDP. Pliiiiis..." cuit Ulil Abshar Abdalla melalui akun Twitter miliknya, @ulil.
Sekadar informasi, sebanyak 560 anggota DPR RI dan anggota keluarganya bakal menjalani tes kesehatan guna memeriksa apakah terinfeksi virus corona Covid-19 atau tidak.
Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar memastikan, pemeriksaan itu dilakukan guna mendeteksi dini serta melakukan penanganan bila ada indikasi wakil rakyat terhormat terpapar Covid-19.
Indra mengatakan, nantinya anggota DPR akan dilakukan pemeriksaan secara bergilir sesuai jadwal yang telah dibuat. Pemeriksaan dilakukan dalam waktu dekat, yakni Kamis dan Jumat (26-27/3) pekan ini.
Indra beralasan, pemeriksaan bergilir di satu tempat lantaran adanya keterbatasan tenaga medis, di mana hanya ada empat dokter dan empat para medis.
"Ini kan tenaga kami terbatas, jadi akan dilakukan di aula di kompleks Kalibata dan Ulujami," kata Indra kepada wartawan, Senin (23/3/2020).
Ia berujar, pemeriksaan hanya dilakukan dengan metode rapid test, bukan PCR. Kendati begitu, dewan yang kedapatan positif corona melalui rapid test bakal dirujuk ke rumah sakit.
"Iya. Jadi yang kami lakukan itu rapid test kalau itu negatif langsung dirujuk ke bbrapa rumah sakit untuk divaksin anti flu dan anti phenomia. Kami pada rumah sakit rujukan kita sudah sampaikan nanti akan ditangani sesuai prosedur penanganan virus," ujar Indra.