Suara.com - Analis dan manajer investasi memprediksi Wall Street akan kembali merosot pada pergerakan tersebut. Hal ini imbas dari penyebaran Virus Covid-19 atau Virus Corona yang masif di Amerika Serikat.
Pasar saham turun tajam dan obligasi berjangka Treasury naik, menandakan lebih banyak perdagangan di aset yang memiliki risiko aman di pekan ini. Bahkan, para analis dan manajer investasi sulit untuk memprediksi level rendah penurunan pasar saham ini.
"Kita perlu mendapatkan beberapa stabilisasi dalam aliran berita sebelum pasar berbalik," kata Wakil Kepala Investasi Abbot Downing Carol Schleif, seperti dilansir Reuters pada Senin (23/3/2020).
"Penyebaran coronavirus di seluruh wilayah Kota New York yang lebih besar mungkin menjadi sumber kecemasan di Wall Street," tambahnya.
Baca Juga: Fed Keluarkan Kebijakan, Wall Street Kembali Menghijau
Saham-saham AS telah turun lebih dari 30 persse dari puncaknya di pertengahan Februari karena pandemi telah menyebar, bahkan daerah teraman di pasar obligasi mengalami tekanan likuiditas.
Tepat setelah futures dibuka pada Minggu malam, S&P 500 e-minis ESC1 turun 5 persen untuk mencapai batas bawahnya, harga minyak turun dan obligasi berjangka Treasury naik tajam.
Penurunan aktivitas ekonomi jelas akan berdampak parah pada ekonomi AS dan keuntungan perusahaan, tetapi ahli strategi pasar dan ekonom mengatakan sulit memprediksi seberapa parah.
Untuk diketahui, kasus-kasus di AS meroket selama akhir pekan. Wali Kota Bill de Blasio mengatakan staf rumah sakit dalam 10 hari ke depan akan kehabisan persediaan alat-alat kesehatan.
Jumlah total kasus Virus Corona AS naik menjadi lebih dari 33 ribu pada Minggu (22/3/2020) sore, naik dari sekitar 3.600 seminggu sebelumnya, menurut penghitungan Reuters. Setidaknya 390 orang tewas.
Baca Juga: Wall Street Anjlok 7 Persen, Perdagangan Saham Sempat Dihentikan