Klorokuin diketahui aman untuk manusia (meskipun bisa mengakibatkan keracunan pada tingkat overdosis). Dalam penelitian praklinis, obat ini terbukti efektif melawan infeksi virus seperti sindrom pernapasan akut (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan HIV.
Sebelumnya, juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan COVID-19, Achamd Yurianto menegaskan, klorokuin digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru, bukan pencegahan infeksi COVID-19. Dia meminta masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat ini karena tergolong obat keras dan harus menyertakan resep dokter.
Obat ini metabolit obat malaria yang berpotensi mengobati penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Para ilmuwan berpikir obat ini bekerja dengan mengganggu komunikasi antar sel dalam sistem kekebalan tubuh.
Baca Juga: Bukan Obat Pencegah Corona, Pemerintah Minta Publik Tak Borong Klorokuin
Dokter sedang mengujinya pada pasien COVID-19. Mereka berteori, jika klorokuin bermanfaat, maka hidroksiklorokuin mungkin juga dan hasil laboratorium baru-baru ini tampaknya mendukung teori ini.
Sekitar tujuh uji klinis telah dimulai di China untuk menguji obat ini pada pasien dengan COVID-19. Peneliti dari Universitas Minnesota juga melakukan pengujian pada minggu ini.
"Setelah 90 hari kita akan memiliki beberapa indikasi apakah ini efektif atau tidak dan seberapa efektif itu bisa terjadi," kata Dr. Jakub Tolar, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Minnesota.
Hasil laboratorium awal di China menunjukkan hidroksiklorokuin menghambat infeksi SARS-COV-2. Obat ini diklaim aman untuk digunakan pada manusia.
3. Kaletra
Baca Juga: Warga Nigeria Keracunan Klorokuin, Obat yang Diklaim Bisa Atasi Covid-19
Obat ini kombinasi dua obat antivirus yakni lopinavir dan ritonavir yang digunakan melawan HIV. Lopinavir mencegah enzim virus memotong protein penting yang merupakan kunci untuk reproduksi HIV. Sementara ritonavir membantu meningkatkan konsentrasi lopinavir dalam sel.