Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut bahwa kombinasi antara hydroxychloroquine dan azithromycin dapat menjadi obat untuk virus corona baru (COVID-19).
Namun menurut Direktur Institut Biologi Molekuler dan Bioteknologi, University of the Philippines Manila, Dr. Edsel Salvana membantah hal tersebut.
Menurutnya, kombinasi dua obat tersebut justru mengancam jantung hingga menyebabkan kematian mendadak.
Imbauan untuk tidak menggunakan dua obat tersebut disampaikan Salvana melalui unggahan di akun Twitter resminya, pada Sabtu (21/3/2020).
Baca Juga: Pasien Positif Corona di Purwokerto Pernah ke Solo dan Semarang
"Tolong jangan minum hydroxychloroquine (Plaquenil) dan Azithromycin untuk COVID-19, kecuali dokter memberikan resep pada kalian," tulis Salvana, seperti disadur Suara.com, Minggu (22/3/2020).
Koordinator Penelitian Bagian Penyakit Menular Departemen Kedokteran Rumah Sakit Umum Filipina ini menjelaskan dampak akibat minum dua obat itu sekaligus.
"Kedua obat mempengaruhi interval QT jantung dan dapat menyebabkan aritmia hingga kematian mendadak, terutama jika Anda minum obat lain atau memiliki penyakit jantung," kata Salvana.
Pernyataan Salvana ini mendapatkan respon dari ribuan warganet. Terpantau hingga Minggu (22/3) siang, unggahannya telah mendapatkan 84 ribu likes, 43 ribu retweet dan 1.600 komentar.
Sebelumnya, Donald Trump membuat pernyataan yang kontrioversial, pada Sabtu (21/3/2020). Ia meminta perhatian pada kombinasi hydroxychloroquine dan azithromycin.
Baca Juga: Andrea Dian Jadi Artis ke-2 di Indonesia yang Positif Virus Corona
"Hydroxychloroquine dan azithromycin secara bersama-sama, memiliki peluang nyata untuk menjadi salah satu pengubah permainan terbesar dalam sejarah kedokteran," tulis Trump dalam unggahan di akun Twitter-nya.
Ia mengklaim bahwa Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat telah memberikan izin atas dua obat tersebut. Padahal obat-obat ini belum disetujui untuk pengobatan pasien COVID-19 oleh WHO.
Pernyataan itu dikeluarkan Trump lantaran mengutip laporan peneliti Prancis dalam jurnal ilmiah yang bukan uji klinis terkontrol. Penelitian itu hanya dilakukan pada 20 pasien.
Trump dibantah anak buah sendiri
Dalam sebuah jumpa pers di Gedung Putih, Jumat (21/3/2020), Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS, Anthony Fauci membantah Trump yang berdiri tepat di sampingnya.
Ketika wartawan bertanya soal apakah klorokuin sudah diizinkan dan manjur untuk mengobati Covid-19, Fauci dengan tegas menjawab tidak.
"Jawabannya adalah tidak," tegas dia saat menjawab wartawan.
Ketika wartawan kembali bertanya soal laporan yang mengatakan bahwa obat tersebut manjur mengobati sejumlah pasien Covid-19, ia memberikan ulasan singkat.
"Informasi yang Anda bilang itu baru berupa cerita kesaksian, bukan hasil penelitian dari uji coba klinis. Jadi kita tak boleh membuat pernyataan soal itu," tegas Fauci yang juga seorang dokter.
Trump, seakan tak mau kalah, maju ke dekat podium dan menimpali percakapan Fauci dan wartawan.
"Kita lihat saja. Kita akan segera mengetahuinya," ujar Trump, padahal sebelumnya dia bilang obat itu sudah mengantongi izin FDA.