Suara.com - Gus Miftah Habiburrahman menanggapi polah publik yang emosi karena imbauan pemerintah untuk sementara tidak ke masjid karena pandemi virus Corona alias Covid-19.
Pernyataan nyeleneh dilontarkan pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji itu dalam video yang diunggah via akun jejaring sosial Instagram miliknya, @gusmuftah, Sabtu (21/3/2020).
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kan gara-gara Corona, diimbau oleh pemerintah tuh, ibadah di rumah saja dan Jumatan dipending, salat lima waktu nggak usah di masjid. Pokoknya di rumah lah," ujar Gus Miftah.
Lalu Gus Miftah menyindir ada pihak yang marah-marah menolak kebijakan tersebut. Umumnya, kata dia, mereka menilai pemerintah melarang umat Islam ke masjid.
"Terus ada yang marah-marah, gimana sih ini pemerintah, gimana sih kok malah nggak boleh ke masjid dan lain sebagainya," tutur pendakwah nyentrik dengan rambut gondrong mullet serta kacamata hitam itu.
Gus Miftah pun melontarkan sindiran menohok kepada pihak-pihak tersebut.
"Hmmm... gayamu dul, dul, nggak diimbau saja kamu nggak pernah ke masjid, apalagi diimbau, dasar tuman," tutur Gus Miftah lalu terkekeh.
Sebelumnya diberitakan, pada Senin (16/3) lalu, MUI telah mengeluarkan fatwa terkait dengan penyelenggaraan ibadah di tengah merebaknya wabah virus Corona atau Covid-19.
Secara garis besar, dalam fatwa itu MUI meminta kepada masyarakat untuk beribadah di rumah masing-masing dan menghindari kerumunan di masa-masa seperti ini.
Adapun ketentuan hukum di balik pembuatan fatwa tersebut ialah di mana setiap orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi setiap hal yang diyakini dapat menyebabkannya terpapar penyakit, karena hal itu merupakan bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams).
Secara lebih khusus, fatwa MUI bernomor 14 Tahun 2020 yang diteken oleh Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin AF itu, pertama terutama diarahkan kepada orang yang telah terpapar Covid-19, yang wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak ada penularan kepada orang lain.
Kemudian bagi orang yang sehat dan belum diketahui apakah sudah terpapar atau belum, namun berada di daerah yang potensi penularannya tinggi, dibolehkan meninggalkan salat Jumat atau salat lainnya di masjid, dan menggantinya dengan salat di rumah masing-masing.
Sedangkan untuk kawasan di mana sebaran infeksi corona mulai tak terkendali dan mengancam jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan salat Jumat maupun salat berjamaah lainnya di tempat ibadah di kawasan tersebut, sampai keadaan menjadi normal kembali.