Nasib Gelandangan saat Wabah Virus Corona Melanda Dunia

Sabtu, 21 Maret 2020 | 17:28 WIB
Nasib Gelandangan saat Wabah Virus Corona Melanda Dunia
Seorang gelandangan tengah mengemis di 5th Avenue, New York, Amerika Serikat, 4 Januari 2016. [Timothy A Clary/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebijakan untuk tetap tinggal di rumah selama pandemi corona menimbulkan kekhawatiran bagi para pengemis dan tunawisma.

Menyadur dari Reuters, Gubernur California Gavin Newsom meminta 40 juta penduduknya untuk tetap tinggal di rumah guna mencegah penyebaran virus.

Kebijakan ini memunculkan permasalahan besar bagi kaum gelandangan 108.000 gelandangan yang tersebar di jalanan Berkeley.

"Lebih dari 60 ribu tuna wisma berpotensi terkena virus dalam dua bulan kedepan, akan jadi persoalan untuk sistem kesehatan," kata Newsom, Rabu (18/3/2020).

Baca Juga: Undang 20 Influencer, BNPB Diskusi soal Covid-19

Para gelandangan tidur di jalanan tanpa askes sanitasi yang layak. Beberapa diantaranya telah terjangkit penyakit akibat cara hidup ini.

"Selama delapan minggu kedepan, kami telah menyusun rencana bagi 108.000 tuna wisma. Jika tingkat penyebaran mencapai 56 persen, akan ada 60 ribu orang yang mungkin terkena Covid-19," tulis politisi Demokrat ini melalui Facebook.

Oleh karena itu, ia telah menyiapkan anggaran senilai 50 juta dolar untuk mengubah motel dan hotel menjadi penampungan. Penampungan ini akan digunakan sebagai tempat isolasi para tunawisma jika terkena virus.

Sementara itu, seorang tunawisma di dekat Universitas California, James Sears mengatakan imbauan pemerintah untuk tetap tinggal di rumah semakin menekan hidupnya.

Sears mengatakan ia hanya menghasilkan lima puluh dolar dalam seminggu terakhir, jauh lebih sedikit dari biasanya.

Baca Juga: Refleksi Demokrasi di Indonesia

Beberapa restoran bahkan meminjamkan mangkuk dan memberi air panas padanya untuk membuat makanan.

"Semua ini konyol," kata Sears.

Tapi ada hal baik yang dia alami selama imbauan ini berlangsung. Para mahasiswa di Universitas California pulang ke rumah mereka masing-masing, dan ia bisa tidur nyenyak.

Sementara itu di San Fransisco, tunawisma bernama Terry Arkins mengatakan, terakhir kali ia bisa tertidur nyenyak adalah di dalam kamar motel yang harus ia bayar sebesar 69 Dolar Amerika.

Atkins yang tinggal di sebuah stasiun mengaku telah mendengar kabar soal virus corona dari seorang pekerja konstruksi. Namun, ia tak mengetahui tentang imbauan pemerintah untuk tinggal di rumah.

"Aku percaya bisa membantu orang-orang dan menjaga kebersihan. Virus itu muncul sebab kuman yang kotor," kata Atkins sambil menunjukkan bahwa sampah di sekitar stasiun sudah mulai perlu dibersihkan.

Di belahan dunia lain, seorang tunawisma Australia mengatakan pada ABC Australia bahwa dia merasa lebih nyaman untuk tetap tinggal di semak-semak.

Pria yang tak ingin disebutkan namanya tersebut tinggal di sebuah tenda di tepi sungai bersama rekan dan dua anjingnya.

"Mereka di luar sana yang menjadi masalah. Selama tidak ada yang datang ke sini kita akan baik-baik saja," katanya sambil menghisap rokok yang ia sebut sebagai 'obat'.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI