Jubir COVID-19 Blak-blakan di Konten Deddy Corbuzier, Menkes Minta Maaf

Jum'at, 20 Maret 2020 | 15:11 WIB
Jubir COVID-19 Blak-blakan di Konten Deddy Corbuzier, Menkes Minta Maaf
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. (Suara.com/Dini Afrianti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto melayangkan surat permohonan maaf kepada Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Permohonan maaf tersebut menyusul pernyataan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Achmad Yurianto dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier, tanggal 17 Februari 2020 berjudul: "Saya Emosi!! Ternyata Benar RS Menolak Pasien Corona."

Terawan menyampaikan permohonan maaf melalui surat berkop Menteri Kesehatan Republik Indonesia tertanggal 19 Maret 2020. Surat itu mendapat nomor UM.01.05/Menkes/207/2020.

"Bersama ini saya selaku Menteri Kesehatan menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kalimat yang terucap oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan," tulis Terawan dalam surat tersebut.

Baca Juga: Cegah Corona, Kurir Anteraja Wajib Pakai Masker dan Sarung Tangan

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah terkait Covid-19 Achmad Yurianto dalam tayangan podcast di Youtube Deddy Corbuzier secara blak-blakkan mengungkap alasannya.

Menurutnya, kesehatan sudah menjadi permainan bisnis, termasuk rumah sakit yang enggan kehilangan pasien.

"Kita menyadari betul, rumah sakit-rumah sakit beberapa RS dia menjaga citranya, jangan sampai ketahuan orang bahwa saya merawat Covid-19. Kalau ketahuan nanti semua pasien yang lain enggak mau dateng, it's bisnis," ujar Yurianto saat menjadi bintang tamu di acara tayangan podcast Youtuber Deddy Corbuzier.

Karena ketakutan itulah, Yurianto mengatakan pemerintah enggan menyebutkan nama-nama rumah sakit di luar rumah sakit rujukan oleh pemerintah. Contohnya, saat ada pasien rujukan dari rumah sakit swasta, Yurianto tidak menyebut nama rumah sakitnya, kecuali RS rujukan yang ditunjuk pemerintah.

"Itu yang terjadi, banyak sekali rumah sakit yang menolak kasus ini. Itulah kenapa kami dari awal keras dari awal tidak pernah ingin menyebut nama rumah sakit. Kami tidak pernah mau merilis rumah sakit kecuali Sulianti Saroso dan Persahabatan, ya takdir dia memang rujukan," ungkapnya.

Baca Juga: Pimpin Latihan Persib di Tengah Ancaman Corona, Robert: Susah Cari Lapangan

Yang disesali Yurianto adalah banyak rumah sakit tidak bersikap bijak dan menyalahi aturan. Di mana seharusnya rumah sakit tidak boleh menolak pasien tanpa alasan yang jelas. Jika pun memberi rujukan, tidak harus ditinggal begitu saja, melainkan harus diantar dan diawasi sampai dia mendapat rumah sakit pengganti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI