Suara.com - Tingginya biaya pengobatan virus corona baru (COVID-19) di Amerika Serikat ini dialami oleh Danni Askini.
Nasib Askini sama seperti 27 juta orang Amerika lainnya. Ia tidak diasuransikan ketika pertama kali dirawat di rumah sakit.
Dilaporkan TIME, Kamis (19/3/2020), Danni Askini mulai merasakan nyeri dada, sesak napas, dan migrain sekaligus pada hari Sabtu pada akhir Februari. Ia lalu menghubungi ahli onkologi yang telah merawat limfoma.
Dokternya berpikir dia mungkin bereaksi buruk terhadap obat baru, jadi dia mengirim Askini ke ruang gawat darurat di daerah Boston.
Baca Juga: Pandangan Keagamaan PBNU Terkait Peniadaan Salat Jumat karena Corona
Di sana, dokter mengatakan kemungkinan Askini terkena pneumonia dan mengirimnya pulang.
Selama beberapa hari berikutnya, Askini melihat suhu tubuhnya naik dan turun secara drastis. Dia batuk karena semua cairan di paru-parunya.
Setelah dua kali lagi ke UGD minggu itu, Askini diberikan tes akhir pada hari ketujuh dari penyakitnya.
Pertama, dokter menangani gejala flu dan pneumonia, mereka kembali mengirim Askini pulang.
Wanita itu menunggu tiga hari lagi hingga laboratorium memproses tesnya. Akhirnya, Askini didiagnosis Covid-19.
Baca Juga: Wali Kota Bima Arya Positif Corona, Istri Bikin Surat untuk Warga Bogor
Beberapa hari kemudian, Askini mendapat tagihan untuk tes dan perawatan sebesar USD 34.927,43 atau setara Rp 568 juta.